Rusdi Mathari
Rusdi Mathari lahir di Situbondo 12 Oktober 1967. Pernah bekerja sebagai freelancer di Suara Pembaruan (1990-1994),redaktur InfoBank (1994-2000), detikcom, penanggungjawab rubik PDAT majalah Tempo (2001-2002), redaktur majalah Trust (2002-2005), redaktur pelaksana Koran Jakarta (2009-2010), redaktur pelaksana beritasatu (2010-2011), dan pemimpin redaksi VHR.media (2012-2013. Peserta crash program reportase investigasi (ISAI-Jakartra), dan mendapat beberapa penghargaan untuk penulisan berita terbaik dari beberapa lembaga. Saat ini aktif menulis buku dan mengasuh blog Rusdi GoBlog.
April 21, 2008 at 8:33 am
PERTAMAX!
Ampun deh…keren tulisannya!
April 21, 2008 at 5:50 pm
sepertinya sekarang ini media bakal menjadi alat kepentingan sesiapun. sehingga pagar api hanya bakal menjadi atraksi kuda lumping. salam kenal bang rusdi! merdeka!
April 22, 2008 at 10:30 am
wah menarik nech…… cuman sayang, yg nulis berita ini kayaknya gak tahu hal sebenernya. Di tulisan itu gak ada konfirmasi ttg kebenaran info tsb.
Katanya yg nulis wartawan, kok kaidah-kaidahnya gak dipenuhin. He… he…. kayaknya harus belajar lagi nech.
Asal tahu aja, saya pernah konfirmasi sm orang-orang yg disebutin di tulisan itu. Gak bener tuch kalo Koran Jakarta itu punyanya Gunawan Jusuf. Koran itu yg punya konsorsium pengusaha, wartawan juga.
Coba cek lagi dech, lagian Koran Jakarta rencana terbitnya bukan Maret, bukan pula koran ekonomi bos……
Anyway… good gosip you made
April 22, 2008 at 10:47 am
Ha…hebat ya wartawan bisa mendirikan perusahaan penerbitan dan Koran Jakarta. Apalagi kemudian semua fasilitasnya mewah, pakai laptop, dan hampir di setiap ruangan kerjanya dipasang tivi LCD. Dari mana duit para wartawan itu?
Konfirmasi? Sebelum Anda bertanya, saya sudah pernah diminta untuk masuk ke Koran Jakarta oleh Marthen Slamet Pemrednya. Satu dua orang di Koran Jakarta juga saya kenal. Saya sendiri pernah dua atau tiga kali ke kantor Koran Jakarta. Konsepnya 60-40 atau 70-30, bisnis dan berita lainnya.
Pemilik modal tak selalu tercantum di atas kertas bung. Dia bisa minta orang lain dan sebagainya untuk mewakilinya, termasuk barangkali konsorsium dan para wartawan yang anda sebut itu.
Saya paham kegelisahan anda dan hanya bisa menebak-nebak siapa anda. Sayangnya anda tak cukup berani dan bertanggungjawab mencantumkan nama asli anda. Kalau mau, anda bisa sebutkan, siapa orang-orang yang telah anda konfrimasikan? Setelah itu kita berdebat lebih jauh.
Sekali lagi, hebat benar, para wartawan itu punya modal mendirikan koran.
Mei 4, 2013 at 8:51 am
betul sekali…rekan saya sendiri sempat mengatakan dalam laporan keuangan perusahaan tsb. memang betul ada inisial GJ dalam memberikan kucuran dana segar untuk Koran Jakarta….yang perlu di kaji adalah …kira2 terkaitkah dengan Tindak Pidana Pencucian Uang …atau kah hanya sekedar cari affiliasi ? mhn bantuannya untuk di kaji ya
April 22, 2008 at 10:52 am
Masih untuk pembaca dengan kode 3R1k4
Soal terbit Maret itu, berdasarkan keterangan Slamet kepada saya waktu itu. Belakangan saya tahu, Koran Jakarta, akan dilaunching 28 April 2008, di Ballroom, Hotel Sultan, Jakarta, pukul 10 pagi. Mau tahu darimana saya mendapatkan informasi?
April 22, 2008 at 10:58 am
ok.. saya cuman sharing aja, tergoda buat kasih komen.
keep it good bro …..
April 22, 2008 at 11:06 am
oh yaaa. sori aku cuman kasih nama panggilan doang. Nama Saya Erika Prameswati (er1k4h@yahoo.com) Aku bukan orang pers, cuman bisnisku deket-dekt ke pers and kenal dg org2 yg disebutin di tulisanmu. Aku suka baca-baca yg berkaitan dg pers. Sori ya kalo aku kritik, gak ada maksud apa2 kok bos.
met kenal ya….. keep it well informed. Anyway nice blog you’ve got
April 22, 2008 at 2:17 pm
aq kenal slamet jd aq sedikit tau soal ini 🙂
makin tau lg stl baca blog sdr rusdi mathari
tenkyu…
April 24, 2008 at 12:09 pm
Soal koran Jakarta, hari ini, tepatnya 24 April 2008, muncul iklan pertamanya di Kompas halaman 19. Aku sepakat dg bung Rusdi, Koran ini akan lebih banyak mengulas masalah bisnis dan ekonomi, baru setelah itu yang lainnya. Yg patut ditunggu kemudian adalah, apakah koran jakarta ataupun ibt bisa masuk dan bertahan di rimba media di Indonesia? Persaingan sengit, its okay.. Asal jaga “kesehatan” berkompetisi. Cuma aku khawatir gimana kalau jadi anarkhis dan menggunakan segala cara? (misal sabotase?). Semoga saja tidak.
Menurut Bung Rusdi bagaimana?
April 24, 2008 at 2:14 pm
Sebetulnya tidak jadi soal siapa yang menjadi pemodal sebuah media. Persoalannya terletak kepada awak redaksinya, mampukah mereka menjaga independensi dari kepentingan pemilik modal dan kepentingan lain atau tidak. Kalau independen, dipastikan produknya layak dibaca, kalau tidak, media-media itu hanya akan menjadi corong pemilik modal dan kepentingan lainnya. Di Indonesia beberapa media sudah melakukan hal itu: tidak independen, dan kemudian menjadi alat pemilik modal dan kepentingan yang lain.
Soal persaingan, saya kira pembaca yang akan menjadi jurinya: mana dari dua koran itu yang memang pantas dan layak dibaca.
April 28, 2008 at 12:39 pm
Hari ini koran jakarta terbit dan sebagian agen dikirim, tetapi bukan permintaan dari agen. Di jual di umum Rp. 1000,-. Untuk agen selama tiga hari ini bebas setoran.
Mei 8, 2008 at 6:14 pm
Saya kenal marthen slamet susanto karena dia bekas redpel saya di Suara Pembaruan (SP). Kalau mau jujur dia di SP sangat di ragukan integritasnya karena sikapnya lebih banyak memihak “pemilik modal” yang baru saja masuk ke SP. Karena sikapnya itu berita-berita di SP sempat “kabur”. Jadi kalau mau berharap koran jakarta bisa independen, saya kira hal itu sangat diragukan (karena kepribadian itu menempel pada pribadi orang tersebut dimanapun dia berada). Lihat saja moto koran jakarta yang kurang kreatif karena masih “sedikit menjiplak” moto SP. Buat kita di SP perjuangan masih jalan terus bung…tidak kabur ke “tuan” yang baru setelah ditempat lama sudah terasa tidak nyaman dengan teman-teman sendiri…slamat buat bung slamet…
Mei 12, 2008 at 3:26 pm
Menarik mengamati komentar-komentarnya, termasuk dari anggun budoyo (AB) yang lebih banyak salahnya daripada benarnya. Saya kenal betul dengan Marthen Selamet Susanto (MSS) yang kini Pemred Koran Jakarta (KJ). Sebab, lebih dari 15 tahun saya bekerja dengannya di koran yang sama, Suara Pembaruan (SP).
Jadi, tidak benar kalau MSS, menurut AB, kabur dari SP lantaran tidak enak sama temannya sendiri. Justru sebaliknya, MSS keluar dari SP dengan cara yang etis dan indah. MSS keluar karena tidak tahan terhadap intervensi pemilik baru SP. Sebagai Redpel (ketika itu), ia sering mendapat tekanan dari Pemred-nya yang notabene sangat berpihak kepada pemilik modal. Atas pendiriannya yang demikian, praktis banyak teman di SP yang mendukung langkah-langkah beraninya itu. Hal itu bisa dicek dari farrewll party-nya.
Soal independensi KJ yang dipegangnya, sebaiknya jangan menghakimi dulu. Coba lihat dalam 12 hari setelah KJ terbit. Setahu saya, belum terlihat adanya intervensi pemodal dalam pemberitaan KJ. Kalau di SP saja SSM tidak mau diintervensi, saya kira tindakan yang ceroboh jika SSM mau diintervensi oleh pemilik modal. Biarlah pembaca yang menilainya kelak.
Kepada SSM, selamat berkarya dan berjuang di tempat yang baru ya. Doaku sukses selalu. Amin.
Juni 9, 2008 at 10:05 am
inilah yang namanya lingkaran setan, Tanah rakyat di ambil
Oleh Maling tua lalu di jadikan Agunan ketika krisis moneter
lalu datanglah tikus-tikus got untuk menjualnya kepada
Maling muda, darimana maling muda ini mendapat dana
yah itu tadi, dari maling uang pihak lain. coba sekarang para
jurnalis lah yang merasakan manisnya uang dari kantong
para maling tersebut…bukan hanya jurnalis saja yang merasakan nikmatnya uang haram dari kantong para maling ini tapi pemimpin negara ini pun sudah buta dibuatnya.
betul-betul lingkaran setan.
Juni 11, 2008 at 10:56 am
stl di rasa cukup menimba ilmu di SP bagus dong dia hengkang dr SP krn dr SP dia tidak mendapatkan materi…
tp sjk dia bergabung sm bosnya yg anyar *saat masih di SP*
dan skr bikin koran anyar jg, hidup dia jd berlimpah materi gila ga si lo!!! sapa yg ga ngilerrrrrrrrrrrrrrr….
Juni 17, 2008 at 11:20 pm
Siapapun dia pemrednya atau pemodalnya pembaca gak ambil pusing selama korannya enak dibaca dan beritanya bener gak ngawur gue angkat jempol termasuk jempol kaki buat awak redaksinya………………………………….Zaman begini siapa sih gak butuh materi ..asal mendapatkan dendan cara etis dan elegan gua rasanya fine-fine aja kenapa harus ngiri ama orang lain…….persaingan media emang ketat banget bung ..! mafia agen juga bermain…… saya tau belum apa-apa koran jakarta udah disabotase ditingkat agen…jadi siapa yang gak jujur……?????? beginilah wajah bangsa kita…….wasalam
Juni 20, 2008 at 9:45 pm
Saya sih kenal MSS, pemred Koran Jakarta karena saya bersama-sama dia selama 14 tahun di Suara Pembaruan. Kepada Anggun Budoyo dan Manis yang berkomentar di blog ini, kalau anda gentle, tunjukkan dong jati diri anda. Setahu saya, MSS memang dari dulu royal, duitnya banyak. Gak usah gabung dengan juragan baru pun, MSS udah kaya. Dia ganti mobil udah lama. BTW, ngapain sih kita ngomongin pemrednya. Juday benar, pembaca gak ambil pusing siapa pemrednya. Dan pengamatan saya sampai saat ini, Koran Jakarta independen. Saya termasuk pembaca setianya. Sikap tegas Koran Jakarta tampak pada berita kenaikan BBM. Hampir sebulan, koran tsb menolak kenaikan harga BBM di halaman 1. Tidak ada koran yang sekonsisten ini. Apalagi Tempo dan Kompas yang memang sudah dilobi pemerintah untuk tidak menolak kenaikan BBM. Untuk Anggun Budoyo, soal moto koran, kayaknya waktu terbit 28 April (saya hadir), Koran Jakarta sudah menggunakan logo tersebut. Baru beberapa hari kemudian SP mengubah motonya. Siapa yang niru? JANGAN NIRU NAPE.
Juni 20, 2008 at 9:52 pm
Anggun Budoyo dan Manis, seharusnya kita bangga, ada teman sealmamater kita di SP sukses. Buat sahabatku SMS, maju terus. Langkahmu udah tepat. Saya dan teman-teman di SP selalu berdoa untuk keberhasilan kamu. Saya doakan MSS bisa menyusul kesuksesan almamater SP lainnya yang kini jadi Pemred seperti Rony Pangemanan (Top Skor), Kristanto Hartadi (Sinar Harapan), Atmadji Sumarkidjo (Wapemred RCTI). Bravo SP
Juli 31, 2008 at 10:13 pm
Apakah ada yang bisa memberi informasi CP-nya pemred Koran Jakarta. Bisa no. hp atau emailnya.
Kebetulan saya akan buat berita investigasi tentang “siapa sih dibalik layar bisnis media?”.
Dan, salah satu narasumber saya adalah Koran Jakarta.
Thx before
Oktober 17, 2008 at 11:36 am
Penting gk si?mank Koran Jakarta da bagus sekarang? lihat aja de baik2
November 4, 2008 at 10:44 pm
Saya lama memperhatikan debat di blog ini. Setelah saya amati perkembangannya, saya yakin Koran Jakarta akan menjadi ancaman serius bagi koran-koran lapis kedua (tidak termasuk Kompas) seperti Media Indonesia, Koran Tempo, Seputar Indonesia, Jurnal Nasional, Sinar Harapan, Republika, dan juga Suara Pembaruan). Secara content, Koran Jakarta bagus, tidak seperti yang diragukan banyak orang. Masalahnya mungkin di sirkulasi dan distribusi, kemudian berimbas ke iklan. Ini masalah sulit. Kita tahu, sirkulasi koran penuh dengan mafia dan cara-cara kotor. Bravo Koran Jakarta, Maju Terus. Tegakkan prinsip-prinsip pers yang independent. Salam
November 10, 2008 at 6:05 am
menanggapi pernyataan bung mochtar lubis yang saya rasa tidak tau dalam perdagangan media cetak,dimana berita sangat berpengaruh dalam menentukan laku atau tidak lakunya suatu media dan seorang wartawanpun tidak akan tau berita itu baik atau buruk yang menentukan pembaca.sirkulasi / distribusi hanya menyebarkan sampai ketangan pembaca,kalau sirkulasi/distribusi mafia silakan jual sendiri (bikin berita yang independen bebas dari kolusi,korupsi dan nepotisme )
November 10, 2008 at 6:09 am
siapa yang bisa menilai tulisan seorang wartawan? wartawan itu sendiri,temannya wartawan atau pembaca?
November 10, 2008 at 6:15 am
siapa yang bisa menilai tulisan seorang wartawan? wartawan itu sendiri,temannya wartawan atau pembaca? liat penyebaran koran jakarta dimana berarti sirkulasi telah bekerja baik bung.tinggal di lihat kenapa pembaca kurang tertarik?
Februari 18, 2009 at 9:48 am
Bravo Koran Jakarta
Maret 4, 2009 at 11:56 am
hari gini mmang harus ada yang berani untuk mengembangkan lagi produksi gula yan konon waktu kolonial pernah jaya2 nya. salut dan simpati buat yang berani ikut tender karna BUMN, dalam hal ini PTPN pabrik gula JA BANYAK yang bangkrut……moga bisa jadi kompetitor sekaligus motivasi bagi PTPN yang lagi “mandul” produksi gula.
Mei 25, 2009 at 3:00 am
Koran Jakarta OK. Tak terasa sudah setahun ya. HEBAT, HEBAT, Ternyata Koran Jakarta mampu eksis di tengah-tengah persaingan bisnis surat kabar yang sangat ketat. Jaga terus kualitas dan independensinya, terutama menjelang pilpres. Kalau bisa melewati pilpres dengan tetap independen seperti sekarang ini, saya yakin Koran Jakarta semakin melejit. Selamat Berjuang bos. Horas
Juni 2, 2009 at 11:05 am
MSS yang saya kenal hebat. Di SP, karirnya melejit ngelewatin seniornya seperti Sabar Subekti, Dapot, Agus Baharudin, Edwin, dan Willy yang ahirnya berada di bawahnya. Meski sempat disia-siakan oleh nama-nama di atas saat mereka menguasai SP, MSS tetap rajin, bahkan meliput langsung. Keseriusannya menekuni profesi wartawan terbukti dari karyanya kini, Koran Jakarta yang OK banget. Cetaknya pun sudah jauh di atas koran lamanya. Penyeberannya sudah cukup merata. Bahkan di beberapa lampu merah di Bogor, Koran Jakarta dijajakan. Bakal tambah ngiri aja tuh nama-nama di atas. Selamat berjuang bos MSS.
Yuli, kawan lama.
Oktober 22, 2009 at 10:44 am
wah ini dari perang lahan, ke perang opini nich…. kerjakan terus, ujung-ujungnya entar cape sendiri dech..
Oktober 17, 2010 at 11:09 pm
sudah hampir setahun perang opini tentang koran jakarta di blog ini tak ada lagi…apa ini sinyal koran jakarta ditinggalkan pembaca? saya sangat berharap rusdi mengomentari bagaimana perkembangan koran jakarta saat ini. secara dia pernah lama ngendon di koran ini dan akhirnya keluar karena merasa banyak ketidakadilan di dalamnya..
Oktober 17, 2010 at 11:10 pm
sudah hampir setahun perang opini tentang koran jakarta di blog ini tak ada lagi…apa ini sinyal koran jakarta ditinggalkan pembaca? saya sangat berharap rusdi mengomentari bagaimana perkembangan koran jakarta saat ini. secara dia pernah lama ngendon di koran ini dan akhirnya keluar karena merasa banyak ketidakadilan di dalamnya…..
September 5, 2011 at 4:07 am
Dengan hormat,
mohon info alamat website and alamat email Sugar Group Companies (Gulaku). saya buka http://www.sugargroup.com ko’ ga’ bisa ya?!
mohon nama and alamat distributor resmi Gulaku di Jakarta,, beserta nmr tlpn, nmr fax, alamat website, and alamat email nya.
thank you very much.
harap balas ke: agungpriyojati@yahoo.com