Kolom ini disediakan khusus untuk Anda yang bermaksud menulis kritik, keluh kesah, dan sebagainya, baik tentang blog ini dan semua tulisannya, maupun hal-hal lainnya.
Kolom ini disediakan khusus untuk Anda yang bermaksud menulis kritik, keluh kesah, dan sebagainya, baik tentang blog ini dan semua tulisannya, maupun hal-hal lainnya.
//pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Februari 28, 2008 at 4:23 pm
Kasus BRI Bontang
Sebenarnya kasus ini barusan saya tutup awal bulan ini, karena saya sudah tidak tahan lagi…dan semoga ini bisa buat pelajaran kita semua.
Kebetulan saya punya 2 sertifikat rumah yang sejak tahun 2005 di agunkan ke bank senilai 130 jt dan 150 jt. Dengan interest saat itu 13,5% p.a selama 10 thn.
Awalnya semua berjalan lancar dimana disepakati bahwa daripada saya hrs membuka 2 rekening utk pembayaran tsb, saya cukup membuka 1 rekening atas nama istri
saya, dimana disepakati bahwa pembayarannya adalah auto debet setiap tanggal 25 tiap bulan.
Selama beberapa bulan, pembayaran berjalan lancar dimana saya cukup menyiapkan dana sebesar 1,9 jt dan 2,1 jt. bahkan biasanya saya siapkan lebih dari itu.Namun pada beberapa bulan berikutnya saya kaget karena ada petugas datang ke rumah untuk menagih dengan alasan saya salah satu cicilan belum dibayar. Karena istri tidak mau repot akhirnya dibayar cash ditempat sejumlah yang diminta. Meskipun setelah di trace ternyata karena kesalahan petugas yang lalai salah memasukkan rekening pembayaran.
Setelah setahun, saya mencoba meminta print out sudah sejauh mana posisi tagihan saya. Ternyata saat di print banyak sekali penalti yang kurang jelas muncul setiap bulannya. Kemudian dikatakan bahwa ada 1 bulan saya yang tidak membayar atau menunggak. Ini aneh, karena saya merasa sudah menyiapkan dana di rekening
tabungan. Okey..karena istri tidak mau memperpanjang masalah ini, saya minta petugas untuk menghitung ulang, berapa kekurangan saya termasuk penaltinya. Setelah saya lunasi, mereka berjanji bahwa tidak akan ada penalti lagi setelah itu.
Karena percaya, saya dan istri seperti biasa menaruh rata-rata 5 juta setiap bulan bahkan lebih di rekening tabungan, puncaknya setelah beberapa bulan saya mencoba meminta print out lagi dan alangkah terkejutnya saya karena masih ada penalti serta pembayaran bunga 2 kali dalam setiap kali potongan per bulan. Saya mencoba meminta penjelasan, ternyata dikatakan bahwa saya masih terlambat karena pemotongan setiap tanggal 20 tiap bulan.Perubahan ini dilakukan oleh sistem komputerisasi mereka. Saya sudah menjelaskan bahwa saya sudah menyiapkan dananya, dan entah kenapa petugasnya tidak mengambil/memotong auto debet ke rekening istri saya. Akhirnya diketahui bahwa selama ini, rekening tersebut
tidak auto debet (AGF kalau gak salah )..melainkan dimasukkan secara manual ke rekening pembayaran. Jadi petugas mengambil dari rekening tabungan dan
memasukkan ke rekening khusus. Sehingga potensi human error sangat tinggi.
Lagi-lagi saya harus menanggung biaya penalti dan lain-lain yang seharusnya bukan karena kesalahan saya. Namun karena kesabaran istri dan janji dari pihak
BRI untuk menyelesaikan masalah ini dan tidak akan terjadi lagi dikemudian hari, maka saya masih bertahan dan lagi-lagi membayar selisih kekurangan tersebut.
Puncaknya sekitar bulan september/oktober 2007 dikantor saya ada tawaran untuk over kredit dengan bunga yang lebih rendah, saya kembali ke BRI menanyakan berapa sisanya. Ternyata saya mendapati bahwa penalti dan pembayaran bunga tersebut masih ada dan anehnya dari 150 jt dengan pembayaran yang sudah berubah dari 1,9 menjadi 2,1 per bulan saya masih mendapati sisa pokok saya masih 146 jt. Jadi selama kurang lbh 2 th saya hanya berkurang 4 jt. Sedangkan istri saya dari 130 jt berkurang menjadi 123 jt. Mereka bilang ini menggunakan sistem
komputer jadi bisa saja kesalahan komputer..!??
Akhirnya saya berniat untuk mengurus take over saya ke bank lain. Namun ternyata bank tsb tidak bisa menerima take over saya karena catatan saya di BI pusat sangat jelek. Saya dianggap dalam pengawasan alias termasuk debitur ngemplang…saya sudah minta klarifikasi ke BRI dgn status saya. Bagaimana mungkin saya dianggap mengemplang bahkan sejak tahun 2006/2007. Padahal selama itu saya selalu memenuhi kewajuban saya dengan menyiapkan dana selalu lebh besar daripada cicilan perbulannya.
Karena hal tersebut, saya tidak bisa melakukan take over ke bank lain. Tapi niat saya untuk segera cabut dan melunasi makin menggebu. Dengan sedikit uang tabungan dan bantuan dari beberapa pihak, saya datang kembali ke BRI dan meminta pelunasan. Dengan catatan, semua dihitung ulang baik yang sudah saya setorkan maupun yang harus saya bayarkan.
Setelah dilakukan analisis oleh AO mereka ternyata keadaan tambah bingung dan ruwet. banyak itung-hitungan yang tdk matching setelah dihitung manual. Akhirnya ditemukan fakta bahwa, sejak 3 bulan awal, telah terjadi kenaikan suku bunga dari 13,5 % menjadi 16 % dimana BRI secara sepihak menaikkan tanpa sepengetahuan kami. Sehingga yang sebelumnya adalah 1,9 naik menjadi sekitar 2,2 jt dan yang 2,1 nak menjadi 2,5 kalau gak salah. Sehingga penalti tersebut selalu ada karena ada kekurangan dalam pembayaran.
Hal ini menurut saya lucu pertama, kenapa saat bunga naik, BRI tdk info ke kami. Yang saya ingat waktu akad, mereka bilang kalau bunga naik, maka mereka juga naik, kalau bunga turun bunga juga turun. Dan saya akan diberitahu. Ternyata saat saya tanya bahwa beberapa waktu yang lalu bunga BI turun hingga 8 % dan hampir semua bank turun hingga 10 % kenapa bunga saya tidak turun
automatis….sambil tersipu malu, petugasnya bilang ..ya..kalau turun harus ada permohonan dari nasabah pak!!..lho…kok aneh. Saat naik, automatis naik, kalau
turun tunggu permohonan debitur. Berarti jika bunga naik hingga 30 %, BRI juga naik diatas 30 %??…iya pak…
lho..kalau bunga turun sampai 10 % dan saya tdk
tau dan tidak lapor berarti bunga tetap 30 %??…….betul sekali pak..jawabnya sambil kembali tersipu ..gdubrak…!!!!
Saat saya tanya kenapa bunganya tetap tinggi sedangkan bunga bank lain itu bisa lebih rendah…karena cabang bontang harus mengambil dana ke pusat…. kasarannya…
mereka beli ke pusat karena dananya tidak ada…lebih besar yang pinjam daripada yang nabung….sedangkan bank lain karena besar bisa menurunkan bunganya….
bingung saya apa hubungannya dan apakah ini pengakuan bahwa BRI bukan bank besar….??!!
Yang kedua, meskipun cicilan hingga 5 juta pun, dana saya yang di rekening khan ada bahkan lebih dari itu kenapa tetap dipotong sejumlah 2,1 dan 2,2?? alasannya..
petugasnya lalai dalam menginput setting AGF menjadi 2,2 jt dan 2,5 jt sehingga selalu ada selisih kekurangan pembayaran yang berakibat penalti pada saya. Dan hal ini tidak pernah diinformasikan kepada saya sedari
awal….Jika diinformasikan, tentu saya menyiapkan dana yang lebih lagi dari 5 jt yang selama ini sebenarnya masih cukup sih….dan saya akan mengingatkan petugas jika yang dipotong kurang dari itu…
Dan akhirnya setelah penghitungan kembali dan lagi-lagi saya tetap menanggung biaya penalti tersebut diputuskan bahwa pokok saya sekarang tinggal 117 jt dan 143 jt, meskipun sebenarnya tdk 143 tapi 146 jt dimana yang 3 jtnya, dibayarkan oleh mereka. Itupun mereka bilang bahwa saya mendapat kompensasi tidak diwajibkan membayar bunga 3 bulan ke depan sebagaimana biasanya jika ada
pelunasan sebelum jatuh temponya… …busyet….3 x 2,4 jt plus 3 x 2 jt …ck..ck…Ya..sudah akhirnya saya tetap melunasinya yang penting udah gak tekanan batin lagi.
Mereka sebenarnya masih meminta saya melanjutkan kembali hubungan ini dan berjanji akan menurunkan bunga..(tentunya saya hrs buat proposal permohonan
dulu..) dan tidak akan ada penalti lagi…tapi setelah sekian lama dikibuli dan diberi janji-janji palsu..manalah mungkin saya mau menerima ajakan tersebut.
Dan di akhir penutupan saya meminta agar BRI mengeluarkan surat resmi yang menyatakan bahwa saya bukan debitur yang ngemplang dan saya sudah menjalankan kewajiban saya sebagaimana mestinya….namun dari mereka bersikeras tidak mau
mengeluarkan hanya dijanjikan bahwa terhitung mulai bulan depan catatan saya di BI akan bersih…who knows???akhirnya…begitu saya keluar dari kantor mereka,
saya sempatkan mengambil semua uang saya di ATM dan menyisakan 28 ribu karena kekawatiran saya…jangan-jangan tiap tanggal 20 uang saya masih tetap dipotong lagi oleh sistem meeka meskipun saya sudah lunas…..karena ada pengalaman, diluar tanggal 20..ada debet misterius yang dilakukan oleh mereka tanpa
sepengetahuan saya dengan alasan sebagai balance atas penalti saya….
Demikian yang bisa saya sharing-kan di sisni. Sekali lagi tidak ada niatan untuk mendiskreditkan pihak tertentu, namun begitu adnaya yang saya alami. Semoga
hal-hal tersebut tidak terjadi pada rekan-rekan yang lain.
Erwin Firyadi
PT. Kaltim Parna Industri
Wisma KPI Jl. Pupuk Raya Km.2
Bontang- Kalimantan Timur
Phone : + 62 548 41091 ext: 6222
Fax : +62 548 41417
Maret 2, 2008 at 9:46 am
Dear All,
Saya ingin berbagi pengalaman berurusan dengan PLN di Bandung.
Alkisah, adik saya yang tengah bangun rumah di daerah Bandung Utara, di kompleks DPRD, Ciwaruga bermaksud mengajukan penyambungan listrik ke rumahnya. Memang dia awalnya dia minta tolong sama temannya yang kebetulan mau mengajukan penyambungan juga untuk rumah barunya. Dia BUKAN calo.
Kebetulan sebetulnya Edi sudah tanya ke PLN via telepon soal biaya penyambungan dengan daya 2200 watt yang dijawab petugas PLN dari ujung telepon biayanya Rp. 1,6 juta.
Pergilah teman saya yang bernama Edi itu ke kantor PLN Bandung Utara di Jalan Ir. H. Juanda yang dikenal dengan nama jalan Dago itu dengan membawa uang dari adik saya Rp. 1,6 juta. Mengikuti petunjuk PLN dia pun mendaftarkan dua rumah yang akan dilakukan penyambungan aliran listrik itu.
Namun untuk rumah Edi, PLN menolak karena daerah rumah dia itu masuk ke wilayah kantor PLN Cimahi. Alhasil si Edi hanya mendaftarkan yang punya adik saya yang bernama Gies itu.
Setelah mendaftar, loket yang harus dituju adalah tempat pembayaran. Belum sampai ke loket itu, Edi dipanggil salah seorang karyawan di sana “Bapak mau pasang baru ya? Di panggil ke ruangan pak Sefuddin,” katanya. Diantarlah Edi ke suatu ruangan yang di dalamnya duduk seorang yang di sebut Saefuddin itu.
Lalu Saefudin tanya, “Apa betul Bapak mau pasang untuk di Ciwaruga?” “Betul” jawab Edi. Karena dilihat dari denah lokasi rumah itu di ujung, maka harus ada pemasangan tiang. Karena jarak rumah dengan tiang terakhir 50 an meter maka harus dipasang 2 tiang. Tiang itu, lanjut Saefuddin jadi beban konsumen. Harganya 2 juta per tiang. Jadi total biaya Rp 7 juta. Rp 1,6 juta untuk biaya pemasangan (Yang legal), Rp 4 juta untuk pembelian 2 tiang, Rp 400 ribu untuk kabel dan Rp 1 juta uang rokok. “Tapi yang Rp 4 juta dan Rp. 1 juta tidak ada kuitansi” kata Saefuddin.
Si Edi pun kaget, dia langsung telepon adik daya di depan Saefuddin bedebah itu. Adik saya juga kaget. Lalu dia bilang “Pending dulu saja, saya mau tanya kakak saya yang wartawan Tempo,” katanya. Pulanglah Edi dan langsung ke rumah adik saya yang tinggal di Rumah Ibu kami di Ciwaruga juga. Edi langsung mengembalikan uang yang Rp 1,6 juta itu.
Adik saya lalu menelepon saya dan cerita soal itu. Kebetulan saya kenal dengan Deputy Manager Komunikasi PLN Jawa Barat/Banten, Bapak Bambang Dwiyanto. Saya telepon dan tanya sama dia (Pak Bambang) serta ceritakan semua pengalaman adik saya itu. Pak Bambang bilang tiang itu infrastruktur yang menjadi beban PLN. Dia juga minta jangan keluarkan uang apa pun selain yang resmi Rp. 1,6 juta itu. “Tidak ada biaya lain dan tidak ada pembayaran di PLN yang tidak pakai kuitansi” kata Bambang seraya menambahkan dia akan menindaklanjuti kasus itu.
Saya sampaikan semua penjelasan Bambang itu kepada adik saya. Saya juga minta dia urus sendiri (tidak minta tolong orang lain) pemasangan listrik itu. Hari Senin pekan berikutnya ( 18 Feb), adik saya datang sendiri ke PLN.
Dia langsung pergi ke loket pembayaran. Tapi petugas di situ meminta adik saya, lagi-lagi menghadap Saefuddin itu. Dengan tenang adik saya masuk. Si Saefuddin pun mengoceh soal biaya, beban tiang dll seperti yang dia katakan sebelumnya ke Edi. Bahkan dia sempat menelepon anak buahnya pura-pura menanyakan apakah tiang ada tidak. Itu dia lakukan agar dia bisa menjatuhkan harga tiang dengan mahal karena barangnya harus cari dari tempat lain.
Dengan “peluru” penjelasan dari Pak Bambang adik saya menjawab “Menurut Pak Bambang Dwiyanto tidak ada biaya lain kecuali Rp. 1,6 juta. Dan tiang adalah beban PLN karena itu infrastruktur.” “Lho ibu kenal dengan pak Bambang” kata Saefuddin dengan wajah pucat. “Dia itu teman kakak saya yang wartawan Tempo,” kata adik saya.
Si “tikus” itu pun langsung minta maaf dan meminta adik saya untuk tidak meneruskan kasus ini.
Pendek cerita, kata adik saya itu hanya dikenakan biaya resmi Rp. 1,6 juta bahkan dilayani dengan baik dan diantar sampai masuk mobil. Sinting!!
Sialnya ternyata ibu saya dan adik saya yang satu yang juga pindah ke Ciwaruga dari Kopo saat melakukan penyambungan listrik tahun 1995 ternyata juga diperlakukan seperti itu. Dan “kena” di peras tikus-tikus itu. Dan saya baru tahu kemarin.
Saya posting kasus ini untuk berbagi dengan warga milis. Dan berharap semoga hal ini bisa sampai ke Dirut PLN Eddi Widiono agar dia segera melakukan pembenahan dan membersihkan “tikus-tikus” di semua kantor PLN di seluruh Indonesia. Karena saya yakin praktik pemerasan seperti ini masih marak dilakukan di semua kantor cabang PLN di seluruh Indonesia.
Terimakasih untuk mau membaca posting yang panjang lebar ini. Semoga bermanfaat.
Wassalam,
Rinny Srihartini
*Surat ini diambil dari milis berita_korupsi.
Agustus 23, 2008 at 5:40 pm
Assalmu Alaikum!
Mas.., GoblogNya tambah oke banget..
selamat menjelang puasa ya..,
minta maaf ya atas salahku yang milikNya
Mudah-mudahan semakin nggak memiliki apa-apa
mas tahu sendiri semakin punya semakin pusing
okey ya…
Wassalamu alaikum wr wb
Mei 9, 2011 at 2:47 pm
Thanks quite a bit for show relatively useful informations. Your site is great.I am impressed by the info that you’ve on this blog. It reveals how very nicely you realize this subject. Bookmarked this process internet web page, will arrive again again for a lot more. You, my buddy, amazing! I found simply the information I previously seemed for in every single place and just could not come across. What a very best web site. Much like this internet website your web site is one in all my new favorite.I similar to this data proven and it has given me some kind of motivation to have accomplishment for some trigger, so keep up the useful work!
Mei 10, 2011 at 1:59 am
As on the lookout for fairly a while for finding a useful articles or weblog posts with reference to this unique challenge . Researching in Google I finally discovered this blog post. Reading this So i am pleased to say that I’ve got an awesome impression I got here throughout whatever I wanted. I most actually will you’ll want to keep in mind this blog and look constantly.
April 26, 2016 at 9:31 am
mas kenapa berhenti menulis? tulisannya bagus dan tajam….