Maka berkunjunglah ke Liverpool, menikmati arsitektur kastil-kastil, pelabuhan kontemporer, taman-taman dan kebun-kebun pedesaan yang terawat sambil mengunyah cokelat, dan bernyanyi lagu-lagu The Beatles. Kota berusia 800 tahun itu, tahun lalu terpilih sebagai Ibu Kota Kebudayaan Eropa 2008.
oleh Rusdi Mathari
BAYANGAN hampir setiap orang pastilah tentang klub sepak bola Liverpool FC, setiap kali nama kota itu disebut. Jarang orang bisa membayangkan Liverpool sebagai kota budaya sekelas Northumbria, kota lainnya di Inggris yang dikenal dengan kastil-kastil yang agung dan pesisir yang memesona. Atau seperti Yorkshire, sebuah kota yang di dalamnya berdiri banyak bangunan berusia ribuan tahun dan kebun-kebun pedesaan yang luas yang memiliki sejarah panjang.
Lalu Liverpool ditetapkan oleh Uni Eropa sebagai Ibu Kota Budaya Eropa 2008. “Above us only sky” begitulah bunyi sambutan di bandar udara John Lennon Liverpool yang menukil dari syair lagu Imagine dari The Beatles, grup musik asal Liverpool. Tetapi penghargaan itu, bukan sebuah kejutan bagi Liverpool.
Liverpool, kota yang dikenal dengan langit biru dan udara sejuk itu, sudah sejak lama memiliki kekayaan budaya yang bahkan melampaui Norhumbria atau Yorkshire. Dan itulah tampaknya yang menjadi kunci pencapaian Liverpool mendapat predikat Ibu Kota Budaya Eropa. Di sana, terdapat beragam bangunan tua termasuk gereja, teater, museum, galeri, taman, kebun dan ratusan pertunjukan seni dan olahraga. Sebuah kombinasi yang justru tak dimiliki oleh kota-kota lain di Inggris raya, bahkan di Eropa.
Kini menyambut Ibu Kota Budaya Eropa 2008, kota itu menggelar banyak acara lewat tajuk besar Liverpool 08. Dari pameran lukisan, musik, festival animasi jalanan hingga panggung pertunjukan. Target Pemda Liverpool, tahun ini, akan bisa dijaring sekitar 12 juta wisatan, domestik dan asing.
Bulan lalu misalnya digelar pertunjukan kabaret “The Potting Shed” yang berasal dari Barcelona, Spanyol dan Copenhagen, Denmark. Acara ini akan berlangsung hampir setiap bulan, hingga Oktober 2008 di the Canning Dock. Pekan pertama bulan ini, akan ada pertunjukan balet “Akram Khan:Bahok” selama dua hari. Akram adalah seniman dari Mongol yang bekerja sama dengan Hanif Kureishi (penulis) dan penata musik Nitin Sawhney. Dalam pertunjukan balet itu, akan ditampilkan sembilan penari yang berasal dari berbagai negara dengan kultur yang juga berbeda seperti Cina, India, Korea, Afrika Selatan, dan Spanyol. Ada pula acara lomba pacuan kuda di Haydock Park yang akan berlangsung 22 Maret 2008. “There’s nothing quite like the spectacle you will see during your day at the races,” begitu kata katalog wisata pemda Liverpool.
Liverpool juga menyiapkan banyak hotel, penginapan, dan tempat-tempat wisata termasuk museum. Di Inggris, hanya Liverpool yang dikenal sebagai kota besar di luar London yang memiliki beberapa museum nasional dan dikelola sebuah badan khusus. Badan inilah, yang disebut sebagai manajemen museum— yang mengurus semua museum, bangunan bersejarah dan aneka galeri di Liverpool. Mulai dari Walker Art Gallery, Lady Lever Art Gallery dan Sudley House. World Museum Liverpool, Merseyside Maritime Museum, dan International Slavery Museum, dan National Conservation Centre suatu hari kelak juga akan menjadi bagian dari pengelolaan manajemen museum.
Museum memang menjadi salah satu daya pikat Liverpool, selain sepak bola dan festival makanan. Walker Art Gallery bahkan disebut sebagai salah satu galeri yang terbaik dan paling menarik di seantero Eropa. Di museum inilah pernah berlangsung pameran seni abad pertengahan hingga abad 21 yang ramai dikunjungi turis pada tahun lalu. Di dalamnya ada koleksi lukisan Potret Diri Rembrandt ketika remaja, selain potret Raja Henry VIII dan Ratu Elizabeth I. Para pengunjung termasuk anak-anak juga diberi kesempatan belajar melukis dipandu dari para kurator museum.
Menyambut Ibu Kota Budaya Eropa 2008, Pemda Liverpool kini sedang merancang pembangunan Museum Liverpool yang diperkirakan akan selesai pada 2010. Jika selesai dibangun, maka inilah museum nasional terbesar yang ada di Inggris, setidaknya hingga 100 tahun ke depan. Koleksi di dalamnya akan meliputi 10 ribu koleksi seni dan peninggalan bersejarah yang konon lagi belum pernah dipertunjukkan kepada khalayak.
Beberapa peninggalan budaya Mesir juga akan diperagakan di museum ini sehingga para pengunjung diharapkan ikut merasakan suasana Mesir pada zaman-zaman keemasannya. Sementara para pejalan kaki yang melintasi areal museum bakal disuguhi film laris (blockbuster) yang dibintangi Claude Monet, Camille Pissarro, atau Edward Hopper. “Bangunan fisiknya berukuran raksasa dan akan membuat bangga penduduk Liverpool,” kata Fleming.
Museum Nasional Liverpool, pendek kata digambarkan dan direncanakan sebagai museum yang menarik dan lengkap. Memajang berbagai karya seni seperti potret Kota Liverpool karya Ben Johnson, menggelar kompetisi John Moores Contemporary Painting Prize, hingga pameran musik bertajuk Beat Goes On yang disebut-sebut sebagai pameran pertama dalam industri musik. Pameran itu antara lain akan menampilkan properti milik berbagai perusahaan rekaman, institusi musik, dan koleksi pribadi musisi asal Liverpool, sejak tahun 1960-an, termasuk yang paling dikenal sebagai ikon Liverpool, The Beatles.
Tentu saja, museum bukan satu-satunya daya tarik Liverpool. Kota ini juga memiliki pelabuhan yang mungkin paling bersejarah di Inggris: menjadi pintu gerbang Inggris ke Amerika Serikat, tempat pengerahan pasukan pada PD II, pengiriman budak, dan cerita tentang kapal Titanic yang masyhur itu. Namanya adalah Pelabuhan Albert yang dibangun pada abad ke-18. Pelabuhan ini menawarkan pemandangan yang lebih kontemporer dan banyak mengoleksi seni modern Inggris Utara dengan galeri, kedai, bar dan restoran. Naik sebuah feri dan “menyeberangi Mersey” ke Wirral untuk pergi ke museum Kapal Perang Bersejarah, yang menawarkan koleksi terbesar kapal perang abad ke-20 di Inggris termasuk sebuah kapal selam Peperangan Atlantik, yang diangkat dari dasar laut setelah tenggelam selama 48 tahun. Di sana juga ada festival makanan dan minuman.
Atau pergilah ke Sefton Park, sebuah taman yang paling terkenal di Liverpool. Taman Sefton dikenal karena pemandangan alam pedesaan, telaga yang bening dengan perahu yang juga khas, dan ratusan burung belibis yang berenang di tengah telaga. Penduduk di sekitar taman, dikenal juga sebagai warga yang ramah yang akan antusias menceritakan tentang sejarah Sefton Park termasuk sejarah patung-patung yang didirikan di dalamnya.
Benar kata para profesor di perguruan tinggi Liverpool, kota yang berbudaya adalah kota yang menghormati pemain sandiwara, penulis, dan para ilmuwan. Dan Liverpool tampaknya adalah kota yang berbudaya itu dengan warga yang juga menghormati budaya. Di tempat-tempat umum termasuk di gereja, hampir semua penduduk di sana, dengan suka cita misalnya akan bercerita tentang keindahan kota Liverpool yang penuh dengan museum dan bangunan bersejarah. Mereka, para warga itu setidaknya mencerminkan ciri-ciri unik Liverpool dan sumbangannya kepada dunia.
Maka berliburlah ke Liverpool, sebuah kota pelabuhan di sebelah barat utara London yang berusia 800 tahun sambil mengunyah cokelat dan berdendang “…Above us only sky…”
Sumber: http://www.liverpool.gov.uk, http://www.visitliverpool.com, http://www.visitbritain.com.my
Maret 9, 2008 at 10:08 am
Ke Liverpool? bagiku hanya mimpi. 🙂
Desember 11, 2016 at 12:44 am
padahal Lennon udah menyuarakan pesan ini bertahun silam (above us only sky … ), rebutan klaim tentang Tuhan sekarang justru malah meledak-ledak. gak di sana, di sini, di mana-mana. jadi, lagu sekadar dinyanyikan tanpa perlu dimengerti? informasi (jadi lazim) langsung ditelan, gak perlu dipikir-pikir? boleh saya bilang, berita yg “mengurangi ketidakpastian” pada akhirnya gak laku lagi?
God is a concept