Miskin, selalu berpindah dan ditindas, membuat orang-orang Hakka mencintai pendidikan. Di Indonesia mereka adalah minoritas di antara etnis Cina tapi kepandaian mereka belum ditandingi oleh etnis Cina mana pun. Gus Dur dan Yusril Ihza Mahendra pernah menjadi penasihat orang-orang Hakka di Indonesia.
oleh Rusdi Mathari
CHANG Laoshe tertunduk. Matanya berkaca-kaca. Guru berusia 80 tahun itu tak kuasa haru, menerima kenang-kenangan dan bingkisan dari bekas murid-muridnya. Selama hampir 30 tahun, sebelum Tie El Siao di Yogyakarta –sekolah tempat ia mengajar— ditutup pemerintah pada 1965, perempuan yang membujang itu mengabdikan hidupnya untuk pendidikan. Dari tangannya, banyak lahir orang-orang sukses: sebagai pebisnis, cerdik pandai, dan seniman.
Itulah acara puncak Konferensi Hakka se Indonesia Kelima dari salah satu perkumpulan Hakka: Hakka Cung Kong Hwee (Perhimpunan Hakka Indonesia ) yang diadakan di Yogyakarta, empat tahun silam. Konferensi itu dihadiri wakil-wakil Hakka dari berbagai paguyuban di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Bali, Lombok, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi.
Hakka?
Inilah salah satu dari sejumlah suku Cina yang bukannya tak dikenal, melainkan kurang begitu populer di dunia internasional ataupun di Indonesia. Studi serius tentang Hakka bahkan baru dimulai pada 1980-an. Padahal ada kemungkinan Hakka inilah induk berbagai etnis Cina kini.
Khusus untuk Indonesia, yang kadung memiliki persepsi bahwa etnis Cina adalah orang yang hanya memikirkan duit (berdagang), eksistensi Hakka pun larut dalam citra seperti itu. Padahal melihat kegiatan Hakka, mestinya akan terjadi semacam keseimbangan bahwa ada etnis Cina di luar persepsi umum tersebut karena inilah salah satu suku Cina yang dianggap lebih mementingkan pendidikan ketimbang hanya berbisnis atau berdagang, seperti dilakukan kebanyakan suku Cina lain. Penghargaan kepada guru Chang yang bernama asli Chang Fe Fa itu, hanyalah satu cara mereka menghargai pentingnya pendidikan dan menjadi orang berpendidikan.
Penghormatan orang-orang Hakka kepada pendidikan, sebenarnya tidak terpisahkan dari posisi sosial dan psikologis mereka sebagai kelompok miskin yang sering ditindas suku-suku Cina lain, dulu di Cina daratan. Kondisi ini diperburuk oleh seringnya mereka berpindah tempat yang selalu berperang dengan penduduk asli. Istilah Hakka sendiri, merupakan terminologi orang-orang di luar suku Hakka, untuk menyebut orang-orang yang selalu berpindah—karena ketidaktahuan untuk menyebut orang-orang Hakka.
Orang Hokkian menyebutnya Khek –istilah yang juga digunakan orang-orang Hakka di Kalimantan Barat. Orang Mandarin menyebutnya Khe Cia. Intinya sama: pendatang terakhir alias bukan penduduk asli. Secara estimilogis, Hakka berarti adalah tamu. Semula orang-orang Hakka mendiami bagian utara Cina. Karena bencana alam dan peperangan suku, mereka melakukan migrasi secara sporadis ke selatan, terutama sejak abad 12. Namun migrasi orang-orang bukan migrasi seperti yang dilakukan orang-orang Yahudi dari Palestina ke Mesir, yang menempati wilayah kosong tak berpenghuni.
Wilayah-wilayah yang didatangi orang-orang Hakka, umumnya sudah cukup ramai karena ada penduduk asli yang menetap. Dari sanalah, kemungkinan besar istilah “tamu” untuk orang-orang Hakka berasal karena mereka tidak pernah menetap untuk waktu lama. Perselisihan dan peperangan dengan penduduk asli, membuat orang-orang Hakka selalu pindah dan begitu seterusnya: datang, perang, cerai berai, dan pindah lagi.
Belakangan kesadaran mempertahankan diri tidak lagi hanya disikapi lewat kekuatan fisik dan senjata, melainkan lewat pendidikan. Orang-orang Hakka lantas ditakuti, bukan saja karena jago perang, tapi juga karena pintar. Ini dibuktikan dengan ditumbangkannya Dinasti Ching oleh orang-orang Hakka pada 1852 lewat revolusi “Typing” atau membuat kerajaan surga dan bumi.
Pendidikan itulah yang lalu lebih menonjol dan melekat pada orang-orang Hakka. Di setiap wilayah baru yang mereka datangi, langkah awal yang dilakukan adalah mendirikan sekolah. Sikap ini terus berlanjut sampai sekarang. Dulu, hampir semua sekolah Cina di Indonesia yang didirikan antara 1930-1940, pencetus atau pendirinya adalah orang-orang Hakka. Sekolah-sekolah ini kemudian ditutup, diintegrasikan dengan sekolah Indonesia di zaman Orde Baru. Kini kembali orang Hakka menemukan dunianya: sekolah. Salah satunya ada di Jakarta, bernama Budi Agung yang didirikan Gunawan Hendra.
Tak lalu orang-orang Hakka lantas menjauhi bisnis dan perdagangan. Usman Admadjaja bekas pemilik Bank Danamon dan Prayogo Pangestu adalah konglomerat bersuku Hakka. Namun sikap mereka yang konservatif dan taat aturan menyebabkan bisnis dan perdagangan yang dikelola orang-orang Hakka, biasanya tak berkembang dan hanya sekelas toko kelontong. Mereka hanya menonjol di kampung mereka bermukim. Toko yang seperti ini –kelas kelontong— banyak dijumpai di Kalimantan (Singkawang, Pontianak); Sumatra (Bangka, Belitung); Jawa Barat (Bogor, Jakarta –di Lenteng Agung dan Roxy Grogol); Jawa Timur (dari Pasuruan, Situbondo, Jember sampai Banyuwangi).
Kecuali kecintaan kepada pendidikan, orang-orang Hakka (mulanya) juga lebih menyukai hidup berkelompok. Rumah orang-orang Hakka kuno, biasanya berbentuk benteng besar dan dihuni beramai-ramai. Rumah-rumah mereka, sejak awal dirancang sedemikian rupa dari bahan kayu, sehingga mudah dibongkar pasang (knock down). Ada satu rumah yang dihuni sampai 600 keluarga.
Pandangan mereka tentang tempat ibadah juga berbeda. Kelenteng buat suku Cina lain hanyalah tempat ritual biasa saja. Bagi orang-orang Hakka, kelenteng bisa juga menjadi semacam tempat perlindungan (rumah), di luar fungsinya sebagai tempat ibadah. Itu sebabnya banyak rumah orang Hakka mirip kelenteng.
Ciri lainnya, orang-orang Hakka dikenal sebagai suku yang sangat ulet bekerja dan terikat kuat dengan ikatan terutama dengan penutur dialek yang sama. Pada suku Hakka juga tidak ada gender, laki-laki dan perempuan sama-sama harus bekerja, meskipun katakanlah harus mencangkul di sawah, menumbuk batu, atau menambang. Ini berbeda dengan kebanyakan suku Cina lainnya, yang punya tradisi mengikat kaki perempuan sejak lahir –yang di Indonesia, ketika mereka dewasa disebut sebagai Sing Kek.
Hingga acara di Yogyakarta itu, jumlah mereka termasuk minoritas di Indonesia karena tak lebih 1 juta orang dari 8 juta populasi Cina yang kebanyakan berasal dari Hokkian. Tokoh-tokoh mereka juga tak banyak menonjol. Meski begitu, jumlah yang sedikit ini, disegani banyak suku Cina lain. Jika yang lain tidak berani terjun ke politik, hukum dan dunia seni, Hakka sebaliknya.
Di daratan Tiongkok, beberapa tokoh penting datang dari suku Hakka. Sut Yat Sen (nasionalis Cina yang kemudian mendirikan negara Taiwan), Den Xiao Ping, Lee Teng Hui (mantan Presiden Taiwan), Thaksin Shiwanatra (mantan PM Thailand) dan Yap Aloi (perintis dan pembangun Kuala Lumpur) serta Lee Kuan Yew (bekas PM Singapura) dan Corazon Aquino adalah beberapa tokoh Hakka. Selain Marie Pangestu, di Indonesia Gus Dur juga disebut-sebut sebagai salah satu keturunan Hakka garis ibu dan sempat diangkat sebagai penasihat Hakka di Indonesia pada 2000, yang lalu digantikan oleh Yusril Ihza Mahendra. Entah sekarang.
Di Indonesia ada tiga pusat perkumpulan orang-orang Hakka, yakni Perhimpunan Hakka Indonesia, Paguyuban Meizhou Indonesia dan Paguyuban Hakka Indonesia. Di luar negeri, perkumpulan dan paguyuban juga banyak didirikan oleh mereka. Orang-orang Hakka memandang pendidikan terutama pada dimensi ilmunya (ilmu-ilmu murni) dan bukan pada ilmu terapan. Nasihat para leluhur Hakka yang terus dikenang adalah: sekolah setinggi mungkin meski harus melalui perjuangan keras, dan eksklusif serta terpisah dari lingkungan.
Begitulah setidaknya menurut pada aktivis Hakka di Yogyakarta yang berkumpul empat tahun lalu itu.
Februari 8, 2008 at 7:39 am
Trima kasih banyak ulasannya…. informatif!
Februari 8, 2008 at 7:57 am
gamchia nyi phen jiu (terima kasih teman)
Februari 12, 2008 at 5:19 am
artikel yang menarik sekali. apa anda bisa bantu saya cari perkumpulan hakka di yogya? saya ingin menulis tentang Tionghoa, tapi sesuatu yang baru dan inspiring, mungkin pemuda hakka bisa jadi tema. mohon bantuannya. thx
Mei 15, 2008 at 10:54 am
Cukup informatif dan menambah wawasan kami
Mei 15, 2008 at 10:55 am
cukup informatif dan memberi wawasan
Juli 26, 2008 at 3:37 pm
Sewaktu kecil, saya sering diceritakan kalau suku Canton (Guangdong) kami dulu terikat sumpah tak akan ‘ berhubungan atau berbesan dengan orang Hakka’. Setelah membaca beberapa artikel (termasuk tulisan ini dan mercurian-apollonian dalam tulisan Hoakiao Dari Jember), saya sedikit mengerti. Menurut saya, orang-orang Khe itu memang tangguh. Saya lihat sendiri. Sebab beberapa teman dan keluarga ada juga orang Khek.
Desember 9, 2008 at 6:31 pm
Ada 1 daerah terlewatkan dari pantauan yang mana mempunyai populasi Hakka hampir 100% dari etnis Tionghua di daerah tersebut yaitu di Propinsi Nanggro Aceh Darussalam. Mulai dari kota Sabang, Banda Aceh sampai kota Langsa yang berbatasan dengan Sumatra Utara (Medan), semua chinese disana berbahasa Khek dirumah walaupun mereka yang bukan dari suku Hakka misalnya orang Hokkian, Kongfu, Hinhua, Hainam, Tiochu dsb. semua berkomunikasi diantara sesama dalam bahasa Hakka, karena orang Hakka di Aceh mendominasi lebih 95% dari seluruh Chinese disana. Dialek bahasa Hakka-nya tidak berbeda dengan apa yang ada di Mei Xian, Guang Dong, China.
Juli 5, 2009 at 11:03 am
saya setuju ,saya juga Orang Hakka dari Banda Aceh,NAD.
September 27, 2012 at 11:46 am
kalo boleh tau, ricky ngerti khek singkawang, nyi sit pao mang…. boleh add aku di facebook: athat lai
Juli 28, 2009 at 3:30 pm
terima kasih atas infonya kawan,ada teman yg mau ngajak saya kesana usaha…
April 16, 2013 at 2:30 pm
salam.. informasi Anda kebetulan sekali tepat dengan apa yg saya butuhkan dlm skripsi saya mengenai rumah suku Hakka khususnya d Aceh. saya mungkin butuh informasi lebih seputar ini dari Anda. boleh tau alamat FB/email Anda?
Desember 23, 2008 at 10:19 am
Saya sangat terharu setelahn membaca semua sejarah tentang orang khek, saya sendiri sebagai keturuan khek dari kalimantan, baru menyadari betapa orang tua saya mementingkan pendidikan anak-anaknya, melebihi apapun, karena didasari latar belakang sejarah ini.
Di Pontianak masih banyak orang khek yang hidup dalam kesusahan dan cenderung kasar, ada baiknya, spirit pembelajar dari nenek moyang harus kembali ditularkan disana.
Januari 29, 2009 at 8:14 pm
Melihat iklan perkumpulan hakka di metro tv, saya mulai mencarinya via internet, syukur bisa membaca artikel ini. Apa bisa bantu saya mendapat alamat dan nomor phn federasi perkumpulan hakka indonesia.
Juli 5, 2009 at 11:19 am
aku juga mau???soal’a aku Orang Hakka
Februari 19, 2009 at 12:25 am
saya sangat merasa bangga menjadi bangsa cina yang penuh dengan kerumitan dan budaya yang begitu hebat.
sekarang saya sedang membuat ulasan buat tugas akhir di tempat kuliah…
mengenai cina-indonesia
dengan mohon sangat bila dapat diberi kontak untuk menhubungi ketua Hakka sebagai penambah ilmu dan say pun ingin bergabung dengan perkumpulan ini…
terima kasih ..
Juli 5, 2009 at 11:21 am
aku juga bangga,oooorrrangg …Khek/hakka emmang hebat sekali kayak aku hi….hi….
Maret 31, 2009 at 10:54 pm
Hallo teman,
Perusahaan saya ( CMA Advertising di Medan ), diminta oleh klien saya, PANTAI HOSPITAL PENANG, MALAYSIA untuk mencari tahu kontak dengan Perhimpunan Hakka Indonesia. Mereka berencana akan mengadakan seminar dan konsultasi kesehatan gratis khusus untuk masyarakat Indonesia keturunan etnis Hakkau. Sangat mungkin pimpinan Hospital Pantai Penang, juga merupakan keturunan etnis Hakkau yang tinggal di Malaysia.
Saya sudah coba browsing, namun belum mendapat data kontak perhimpunan ini di Indonesia.
Teman, bila ada info tentang alamat dan nomor telepon Perhimpunan Hakkau Indonesia atau Paguyuban Hakka yang ada di Jakarta, mohon berkenan memberitahu saya.
Terimakasih.
April 4, 2009 at 11:52 am
Saya sendiri adalah orang Hakka saya selalu berharap agar semua orang Hakka yg ada di Indonesia ini lebih peduli lagi dengan Saudara-saudara kita sesama orang Hakka yg masih hidup di bawah garis kemiskinan.
Permasis bisa di jadikan contoh yg sangat baik ,karena kegiatan yg di laksanakan di Kalbar.
April 29, 2009 at 10:09 pm
hakka yg di indonesia memang lebi perduli persaudara .tapi saya sayang sekali . sekarang di kota kota besar kebanyak tidak bisa lagi megerti bahasa hakka lagi. apa lagi barbicara. saya sanggat sayangkan padahar bahasa kita adala bahaas nenek moyang. kerena nenek moyang .kita susa berbuat sasuatu bahasa. orang2 yg takut kita tidak bisa berbahsa indonesia. karena kita orang indonesia. memang kita wajip pakai bahsa indonesia benar. kalau untuk umum. kalau untuk di rumah wajip yuga kita pakai bahasa nenek moyang kita .kulau memang orang2 hakka tidak bisa lagi . bahasa lagi bearti sama saja.melupakan.tradisi adat istidat .nenek moyang kita.saya sebagai orang hakka .saya mohon di megerti .saya harap orang2 perkumpulan hakka .yg hanya bisa berkumpur hakka aja.kulau bisa saya minta alamat perkumpulang hakka .and no tlp .terimakasi atas pegertian dari:phang cin khiong .kal-teng pangkalanbun
Agustus 26, 2009 at 8:20 pm
wah makasih banget ya buat informasi nya..boleh ga saya minta alamat paguyuban hakka & no tlp nya..please…saya butuh banget karena skripsi yang akan saya buat adalah tentang dialek hakka…makasih banget ya kalau mau memberi alamat & no tlp nya… please aku butuh banget..makasih..
November 21, 2009 at 7:57 pm
Saya sangat berterima kasih kepd kumpulan hakka atas Informasi dan sejarah yg lum sy ketahui selama ini.
Salam hakka..Kam ciah
Maret 25, 2010 at 7:53 pm
saya sangat setuju ada perkumpulan org2 hakka;juga bisa memperdalam bahasa ghek
Januari 29, 2014 at 3:14 pm
Bahasa ghek tuh bahasa apaan pak?
Februari 3, 2011 at 11:18 am
luar biasa orang hakka lee kuan yew deng xio ping sun yat sen lee teng hui thaksin corazon mereka merupakan orang orang besar dan disegani dunia apalagi diasia kepintaran mereka luar salut orang hakka
Maret 16, 2011 at 10:28 pm
salam kenal
sy tertarik dengan artikel mengenai suku hakka.
bila berkenan mohon diberikan data perkembangan suku hakka indonesia terkini termasuk jelang event konvensi HAKKA se ASEAN di Jepang Maret ini. hal tersebut sebagai bahan penulisan.
xie xie
Mei 9, 2011 at 2:16 am
Saya adalah orang hakka dan ayah saya berasal dari Mexian,Shoung Khou. Kami adalah marga Zhang (TIO) Generasi saya adalah sebutan ke 21 dan sekarang sudah ada generasi 22 dan 23. Dulu kami di Medan punya koloni dan memiliki seorang Kapitan orang china,pemimpinya adalah orang dari suku hakka Meixian,shoung khou. Pendidikan adalah utama dalam sisi kehidupan. Dengan membagi2kan ilmu pengetahuan dan atas keuletan suku hakka buat negeri kami tercinta ini,INDONESIA. Saya mengharap semua orang jangan ada paham rasis dimuka bumi ini.
Juli 16, 2011 at 1:47 pm
saya gembira dan terharu membaca artikel ini. saya suku khek (aceh). namun spertinya byk yg lupa dengan suku shek yg ada di aceh. kalo bs mohon tingkatkan dan perluas perkumpulan hakka sehingga bahasa dan budaya khek tdk punah, pdhal bahasa hakka terdiri dari byk dialek. sperti hakka yg di kalimantan dengan yg di aceh beda dialek. boleh minta no telp dan alamat perkumpulan hakka yg ada di indonesia ? bagaimana caranya untuk menjadi anggota ?
Agustus 27, 2011 at 12:02 am
saudaraku hasni..diaceh sdh ada perkumpulan hakka indonesia (aceh) jl. mesjid alhuda no. 31 kp.laksana banda aceh telp. 0651 22709…atau hubungi saya: 085260022411. tq.
Juli 24, 2011 at 3:04 pm
Salam Kenal bung Rusdi Mathari. Saya lagi nyari2 artikel Bendahara umum PD yang meninggal 9 Juni 2009 (http://pemilu.detiknews.com/read/2009/06/08/210143/1144406/700/bendahara-umum-pd\
-meninggal-dunia) 6 hari setelah bung Rusdi menurunkan tulisan tentang “sohibul barokah berkah Yudhoyono (https://rusdimathari.wordpress.com/2009/06/03/sohibul-barokah-berkah-yudhoyono/) dan menemukan artikel lama yang menarik tentang suku Hakka ini.
Mungkin bisa saya tambahkan soal penyebaran suku Hakka, selain di semenanjung malaka, Aceh, Kalimantan Barat, Bangka, Belitung, ternyata sebagian dari perahu mereka nyasar sampai Timor Timur, bahkan kabarnya ada yang lebih jauh lagi keselatan dekat New Zealand.
Bila belakangan ini kita mulai dengar bermunculannya pejabat beretnis Cina di Indonesia, tampaknya juga berasal dari suku hakka, seperti walikota Singkawang, walikota Babel, Wagub Kalbar.
Fakta2 tersebut semoga saja tidak membuat orang2 hakka besar kepala menjadi Chaovinis, tetapi sangat menarik untuk diteliti, mengingat begitu beragamnya suku cina, kenapa suku Hakka yang menonjol di bidang politik? Apakah benar faktor asal usul mereka yang menentukan?
Saya perhatikan hampir tidak ada konglo hitam bersuku Hakka, barangkali umumnya hampir tidak ada dari mereka yang jadi konglo, kecuali Prayogo. Hakka dari Kalbar banyak yang jadi petani, setelah kopra dan belakangan jeruk hancur, mereka mengadu nasib di Jakarta dari menjahit sampai akhirnya menguasai industri garmen. Kemudian masuk menguasai retail electronik di Glodok, dan sekarang mulai masuk ke aquaculture seperti tambak di Jatiluhur. Mereka umumnya benar2 pekerja ulet dan jujur, menghormati hukum dan adat ditempat mereka tinggal, umumnya mengumpulkan kekayaan secara halal serupiah demi serupiah dan lebih rela miskin dari pada nama tercemar. (saya pernah baca artikel satu keluarga bunuh diri karena kemiskinan, tapi sebelumnya meninggalkan uang untuk bayar hutang).
Soal kulinernya juga menarik, di kampung krendang jembatan lima jakarta barat kita bisa temukan aneka masakan singkawang yang enak. Dan juga ternyata bukan Batak saja yang doyan guguk, orang khek juga. Saya pernah dengar terusan Zues dibangun oleh orang2 Khek, setelah etnis lain gak ada yang tahan jatuh sakit, dan katanya orang khek bisa bertahan karena sejenis kulinernya yang bisa melawan wabah lokal setempat.
Mudah2an orang2 muda Hakka di Indonesia bisa benar2 merasa NKRI adalah tanah airnya yang harus mereka bangun bersama2 suku bangsa lainnya dengan kepatuhan penuh pada Konstitusi kita UUD 45, dan keyakinan yang utuh akan Pancasila serta Kebhinekaa kita.
salam,
martin
Agustus 26, 2011 at 11:55 pm
saya adalah ketua HAKKA ACEH… senang sekali mendapatkan artikel ini…kami baru terbentuk ..dan memerlukan informasi yg banyak mengenai hakka..
bagi saudara2 kami hakka …silahkan connect kami di facebook..PERKUMPULAN HAKKA INDONESIA (ACEH)….
September 5, 2013 at 2:13 am
khek aceh sama ga dialeknya dngan khek singkawang dan bangka belitung ?
April 16, 2015 at 11:10 am
Hi kho khie siong, sy org hakka dr kalimantan, mau tanya apa ada suku hakka muallaf muslim di aceh? Mohon informasinya terimakasih
Januari 6, 2012 at 5:39 pm
saya juga orang hakka dari aceh cuman dah pindah ke bekasi dari sd TT
Mei 6, 2012 at 11:01 pm
saya orang hakka bro
mau tanya nih,itu sejarah sam kok(3 kerajaan) itu semuanya asli leluhur hakka yah?
Juni 5, 2012 at 3:40 pm
saya rasa perlu kiranya ada kegiatan semacam kursus di perkumpulan2 hakka agar generasi muda macam saya bisa mempelajari bahasa hakka yg merupakan bahasa nenek moyang kita.
Agustus 22, 2012 at 11:12 pm
saya adalah salah keturunan hakka di pontianak,orang hakka terbanyak di indonesia adalah kalimaantan barat,pontianak singhkawang dan sekitarnya,kebanyakan orang hakka kalbar merantau di jawa dan jakarta,banyak yg menjadi pengusaha sukses disana,inilah hebatnya orng hakka
Januari 24, 2013 at 8:13 am
ngai san kheu dj0ng nyin
Gua orang skw
Fasih berbhsa hakfa, 98% lancar.
Ne k0ntak aq.
0896-0137-8563
Salam kenal ya.
Kam chia to to, phen jiu.
Juli 16, 2013 at 12:04 pm
hidup hakka nyin
September 5, 2013 at 2:11 am
dialek hakka ada brp sih ?
ada yg tau daerah khek di tiongkok yg sama dialeknya dngan khek singkawang ?
salam dari hakka singkawang
Juni 29, 2015 at 6:43 pm
ada 8 dialek hakka bro chun lim.. singkawang itu thaiphu hak.. di aceh moyen hak contohnya.. Salam kenal.. nama kita hampir sama y bro.. wkakak
Januari 13, 2014 at 10:33 am
coba siapa bikin dong blog hakka untuk saling mengenal dan saling berbagi cerita suka duka
Juli 20, 2014 at 8:13 am
ngai juga hakka ngin dari singkawang,salam kenal kok bui pen jiu.
September 1, 2014 at 11:00 am
Ya harusnya ada yg membuat forum komunikasi antar suku Hakka di seluruh Indonesia bisa berupa blog, web, atau media sosial facebook, twitter, dll. Sy juga org Hakka jadi kalo ada forumnya kabarin saya ya… Sin mung to to…
Oktober 12, 2014 at 1:37 pm
Saya lahir dan dibesarkan di bangka dan sehari hari menggunakan bhs khek, namun semenjak pergi merantau ke jawa, sulawesi dan kalimantan serta saat ini kembali ke jakarta bhs khek saya banyak yg lupa dan dialeknya kurang pas. Saya ingin mengasah kembali bhs khek yg dulu saya kuasai… dimana tempat perkumpulan orang2 khek di jakarta? Manatahu disela sela tugas saya bisa mampir sambil minum kopi. Saya saat ini bertugas sebagai Karoops Polda Metro Jaya. No kontak saya 0811322700. Trims. Gbu
Juni 29, 2015 at 6:41 pm
Saya adalah hakka cai dri aceh.. Jaman sekarang ini suku khek mulai dilupakan di Indonesia. Penyebabnya macam2,,Pertama ada yang menikah dengan wanita yg bukan suku khek dan anaknya tidak diajarin bahasa khek,,sehingga anaknya tidak bisa bahasa khek. Kedua ada yang pindah k kota besar seperti Medan, setelah tinggal di kota besar dia jadi malu berbahasa khek karena teman2nya semua kebanyakan tidak bisa khek.. Untuk mewariskan bahasa khek peran dri orangtua paling penting karena dari beliau2 lah bisa diwariskan bhasa khek. Saya tidak habis pikir dengan orangtua jaman sekarang,,anak2nya semua diajarkan mandarin, hokien atw english dri kecil.. mereka seperti malu kalau berbahasa khek.. Anak2 kotabesar skrg juga semuanya tidak ada niat sama sekali untuk mewarisi kebudayaan dan adat orangtua mereka..mereka seperti malu menjadi berbeda dri temen2 dan lingkungan..
Intinya adalah setiap anak mau suku apapun dia jangan malu untuk mewarisi bahasa orangtuanya karena itu adalah harta karun yang tak ternilai yang tak tergantikan.. anak itu tidak akan pintar dan jadi orang yg berguna bila tidak mau belajar segala hal dan ilmu di dunia ini
Salam Hakcai to all.. 🙂
Agustus 30, 2015 at 10:52 pm
Salam buat suku hakka
Mei 13, 2016 at 2:28 am
Khiung hie nyi.
Ngai an fon hie thuk li kai blog.
Ngai hi mong, 7 kha hakka nyin hiau fat chan.
Hiau cho tai teu nyin loi.
Ng mo pun phet jong nyin khon an mo….
Desember 11, 2016 at 11:37 am
BANGSA HAN, BANGSA BENALU
Benalu adalah tanaman yg menumpang di pohon inangnya, dgn perlahan menutupi seluruh permukaan pohon inangnya menghilangkan identitas pohon inangnya.
Begitupun invasi Bangsa Han diberbagai wilayah di Asia Timur.Mereka dgn berbagai cara menghilangkan budaya asli daerah yg ditempatinya ( didukung jg oleh kaisarnya, wlu tdk menguasai secara de yure ) bahkan yg lebih parahnya sejarah bangsa aslinya wilayah tsb, dihilangkan.Menurutku, Jika sejarah suatu bangsa sudah hilang/dibelokan/dikaburkan, makanya sejati bangsa tsb sudah punah, wlu bangsa itu masih ada.
Caranya pun tdk selalu spt benalu, bahkan penaklukan dengan cepat dgn memusnahkan etnis/pengusiran, spt pemusnahan daerah dan bangsa champa ( asal usul bangsa Melayu). Dan secara lambat laun spt Bangsa Yunnan.Termasuk juga bangsa yg asli yg menempati di pulau Formosa ( Taiwan ) mulai abad 17.
Berikut kutipan penduduk asli pulau Formosa dari wiki “Pelaut Han, Chen Di, dalam Catatan Laut-Laut Timur buatannya (1603), mengindentifikasikan penduduk asli Taiwan sebagai “Bangsa Timur Biadab” (Tradisional: 東番; Pinyin: Dongfan), sementara Belanda menyebut penduduk asli Taiwan sebagai “Indian” atau “orang kulit hitam”, berdasarkan pada pengalaman kolonial mereka sebelumnya di sebuah wilayah yang sekarang menjadi negara Indonesia.[9]
https://id.wikipedia.org/wiki/Penduduk_asli_Taiwan
Han artinya (tamu ), suku ygberpindah dr utara ke Selatan tiongkok dan akhirnya menyebar ke seluruh Tiongkok.Sedangkan penduduk aslinya spt suku she , suku (pribumi asli Cina selatan ) dihiangkan pelan2.Bukti sejak zaman SM org Han adl bangsa benalu.
Selama ini kini kita hanya tahu ‘Singapura” tanah melayu yg hilang, ternyata banyak wilayah yg telah mrk “inangkan”.Selama ini kita dibelokan oleh sejarah yg ditulis bangsa Belanda yg bekerja sama dengan Bangsa Han bahwa asul-usul suku2 di nusantara berasal dari Yunan, padahal Yunan sendiri adala daerah jajahan Bangsa Han.Sangatlah wajar kita tdk tahu akan hal ini, dikarenakan sejak zaman Belanda banyak penulis2/jurnalis dr bangsa Han, serta penerbit buku dan distributor buku dari zaman Belanda adl milik bangsa Han.Jadi adl lucu jika percaya pada sejarah yg ditulis oleh yg bukan bangsanya sendiri.
Apakah bangsa/wilayah yg ada di Nusantara akankah di”inangkan” oleh bangsa Han..waktu yg akan menjawabnya…sikap kita saat ini yg akan menentukannya.