Satu per satu, kebohongan-kebohongan yang dibuat oleh pemerintahan Presiden Amerika Serikat George W. Bush mulai terungkap. Setelah laporan palsu CIA soal senjata pemusnah masal di Irak, kini muncul pengakuan mengejutkan dari mantan juru bicara Gedung Putih soal penyesatan informasi kepada publik yang dilakukan oleh Bush.

oleh Rusdi Mathari
HAL itu terungkap dari kutipan sebagian isi buku yang sedang ditulis Scott McClellan, bekas juru bicara Gedung Putih berjudul “Apa yang Terjadi”, yang akan diterbitkan April tahun depan. McClellan antara lain menceritakan tentang isi konferensi pers yang dilakukan oleh dia dan Karl Rove, penasehat politik Bush saat itu. Dia menyalahkan Presiden George Bush dan Wakil Presiden Dick Cheney tentang peran Gedung Putih atas penyesatan informasi kepada publik tentang pembocoran indetitas agen rahasia CIA.

“Itu satu persoalan dan jelas tidak benar,” demikian antara lain McClellan menulis dalam bukunya, yang dikutip oleh Matt Apuzzo dari kantor berita AP dan diberitakan oleh yahoo.com, Rabu 21 November 2007 (Selasa waktu Washington).

“Saya sama sekali tidak mengetahui adanya informasi palsu itu,” kata McClellan.

Dia menyebut, ada lima orang yang bekerja bersamanya saat di Gedung Putih, yaitu Karl Rove, Lewis Libby, wakil presiden, presiden, dan kepala staf kepresidenan, Andrew Card. Libby kata dia, juga tidak terlibat dalam kebocoran operasi rahasia yang dibuat oleh Valerie Plame.

Kasus informasi palsu itu terjadi pada 2003 ketika Amerika Serikat menyerbu Irak. Pemerintah Bush saat itu beralasan, penyerbuan tentara Amerika Serikat ke Irak untuk menegakkan demokrasi dan menghancurkan senjata pemusnah masal yang dimiliki rezim Saddam Husein.

Tentang senjata rahasia pemusnah masal itu menurut Bush diketahui berdasarkan laporan intelejen CIA. Namun diketahui belakangan, informasi intelejen CIA tentang senjata pemusnah masal Irak adalah palsu dan dibuat oleh agen CIA Valerie Palmer. Informasi palsu itu sengaja dibuat, untuk pembenaran Bush menyerbu Irak dan supaya dia mendapat dukungan parlemen dan simpati publik Amerika.

Kebohongan laporan CIA tentang senjata pemusnah masal Irak terungkap, setelah dua wartawan dari dua media di Amerika Serikat menuliskan laporan investigasi mereka berdasarkan keterangan seorang sumber. Berita itu kemudian isu besar.

The New York Times dan Time saat itu mengungkapkan alasan pemerintahan George Bush menginvasi Irak pada 2003 penuh dengan kebohongan karena berdasarkan laporan yang juga bohong yang dibuat oleh agen CIA Valerie Palmer. Kasus itu kemudian menyeret dua wartawan dari dua media tersebut ke pengadilan, Judith Miller wartawati harian The New York Times dan Matthew Cooper, wartawan majalah Time. Pemerintah Bush menganggap berita itu sebagai tindakan membocorkan rahasia negara dan meminta kedua wartawan untuk membeberkan indetitas dari sumber berita mereka.

Namun Miller lebih memilih dipenjara ketimbang harus membeberkan nama sumber beritanya. Miller, yang mendekam di sel, ingin menunjukkan komitmennya sebagai wartawan yang bertanggung jawab dan bermartabat untuk melindungi keselamatan sumber. Bagi Miller, identitas sumber yang berbicara atas dasar off the record harus tetap ditutup rapat. Alasan Miller masuk akal, karena membocorkan nama agen CIA menurut UU Amerika Serikat adalah kejahatan serius dan bisa berakibat pada keselamatan pribadi dan keluarga sumber.

Cooper sebaliknya. Meskipun pada mulanya dia ingin bersikap seperti Miller tapi jati diri sumber beritanya diungkapkan kepada pejabat pemerintah dengan alasan telah ditekan atasannya. Karena pengakuan Cooper, terungkap kemudian nama Karl Rove, salah satu penasihat politik utama Bush. Akibatnya, Rove dipecat dan menghadapi tuntutan pengadilan.

Kutipan buku McClellan ini ditampilkan dalam situs penerbit Publicaffairs. Pemunculan kutipan itu, dimaksudkan untuk memperbaruhi pertanyaan tentang peran Sayap Barat Gedung Putih dan seberapa besar peran Cheney terlibat dalam kasus tersebut. Sejak McClellan mengimbau kepada orang-orang yang pernah bekerja bersamanya, tak satupun dari mereka yang bersedia membagi informasi.

“Mereka adalah pribadi-pribadi yang baik,” kata McClellan.

Menanggapi buku McClellan, juru bicara Gedung Putih, Dana Perino mengatakan, Presiden Bush tidak pernah dan tidak akan meminta juru bicaranya untuk menyampaikan informasi palsu.