JengkolOrang-orang kaya Indonesia mendominasi pembelian properti mewah di Singapura dan Australia. Harga satu unit rumah atau apartemen paling murah ditawarkan sekitar Rp 11,27 miliar.

oleh Rusdi Mathari
Mon Jervois perusahaan properti ternama dari Singapura, Minggu kemarin beriklan di Kompas. Di iklan lebih setengah halaman itu, Mon Jervois menawarkan rumah-rumah dan apartemen mewah khusus bagi orang-orang Indonesia. Disebut khusus bukan karena soal iklannya yang dipampang di koran nasional [tidak di media Singapura]; melainkan karena properti yang ditawarkan pun terkesan pula dikhususkan untuk orang Indonesia. Setidaknya, semacam itulah kesan yang terbaca dari salah satu kalimat di iklan Jervois “…kedutaan Indonesia dapat ditempuh dengan berjalan kaki.”

Sekitar sebulan yang lalu, Tempo.co memberitakan tentang minat besar orang-orang Indonesia membeli properti [rumah dan apartemen] di Australia. Berita itu dikutip dari penjelasan salah seorang pejabat Crown International Holding Group yang menyebutkan, transaksi dari orang-orang Indonesia mencapai 30% dari nilai penjualan apartemen yang dibangun Crown Group pada 2012 senilai Rp 2,5 triliun. Crown International adalah perusahaan properti dari Australia yang bermarkas di Milsons Point, Sydney.

Anda tahu berapa harga termurah hunian yang ditawarkan oleh para pengembang properti itu?

Jervois mematok harga US$ 1,3 juta atau sekitar lebih Rp 11,7 miliar [dengan kurs dolar Amerika Rp 9.000]. Itu harga paling murah. Harga paling mahal ditawarkan hingga US$ 4,2 juta. Ada pun Crown International dari Australia memasang harga termurah Rp 3 miliar, dan yang paling mahal Rp 30 miliar.

Akan ada banyak alasan sehingga perusahaan-perusahaan properti dari Singapura, Australia dan juga Malaysia; belakangan ini ramai dan sering menawarkan produk mereka ke orang-orang kaya Indonesia.

Salah satunya barangkali adalah pengumuman yang dikeluarkan Otoritas Pembangunan Kembali Urban Singapura pada awal tahun ini. Lembaga itu menjelaskan, ada 1.706 orang Indonesia yang membeli properti di Singapura, dan dari jumlah itu, lebih separuhnya telah membayar uang muka Sing$ 1,2 juta. Lalu akhir Mei silam, Far East Organization, pengembang properti terbesar di Singapura juga mengungkap temuan mereka bahwa pembeli properti Singapura dari Indonesia menempati urutan ketiga, di bawah jumlah pembeli dari Cina dan Malaysia.

Alasan lainnya mungkin karena karakter orang-orang kaya Indonesia. Jones Lang LaSalle perusahaan broker dan riset properti global yang memiliki kantor antara lain di Singapura dan Hong Kong pernah mempublikasikan hasil riset tentang perilaku orang-orang Indonesia. Antara lain, orang-orang kaya Indonesia ogah apabila ditawari untuk membeli hunian kelas bawah atau menengah yang berharga murah. Mereka, sebaliknya lebih memilih apartemen super mewah yang berlokasi di daerah strategis atau prime locations.

Temuan Jones Lang sesuai dengan penjelasan dari Otoritas Pembangunan Kembali Urban Singapura. Menurut lembaga itu, sepertiga dari jumlah orang-orang Indonesia yang membeli properti di Singapura cenderung memilih lokasi di distrik-distrik utama atau elit seperti Distrik 9, 10, dan 11. Lokasi lain yang dipilih adalah Bukit Timah, pusat bisnis distrik [CBD] dan pantai timur [East Coast] yang propertinya juga tidak kalah mahal dan mewah.

Menurut Jones Lang, kecenderungan orang-orang kaya Indonesia membeli properti di luar negeri terutama di Singapura sudah dimulai sejak 1997 ketika Dana Moneter Internasional [IMF] mencap Indonesia sebagai negara yang mengalami krisis ekonomi. Dalam waktu 10 tahun sejak itu, angka pembelian kondominium atau apartemen mewah yang dibeli oleh orang-orang kaya Indonesia drastis melonjak.

Jones Lang mengungkapkan, sampai 2007 pembeli properti asal Indonesia sudah mendominasi pembelian seluruh apartemen mewah di Singapura atau sekitar 30%, mengalahkan jumlah pembeli asal Malaysia, India, Cina, beberapa negara Eropa dan Singapura sendiri. Jumlah unit apartemen yang dibeli mencapai 1.000 unit atau sekitar 21% dari seluruh jumlah unit apartemen mewah di Singapura. Jumlah itu melebihi jumlah pembeli dari negara mana pun yang juga membeli apartemen mewah di Singapura.

Kalau harga untuk setiap meter apartemen itu mencapai Rp 70 juta atau yang paling murah Rp 30 juta maka harga apartemen termurah yang dibeli oleh para orang kaya Indonesia bisa mencapai Rp 30 miliar. Pengusaha Sjamsul Nursalim, Atang Latif, dan beberapa pengusaha yang menjadi tersangka korupsi misalnya termasuk dari beberapa orang kaya Indonesia yang membeli dn menghuni apartemen mewah di Singapura seperti apartemen Frazer Suites di River Valley Road atau apartemen Wing On Life Garden.

Tidak mengejutkan kalau Far East berani memprediksikan bahwa orang-orang kaya Indonesia yang [akan] membeli rumah di Singapura pada tahun ini jumlahnya akan melampaui jumlah pembeli dari Cina dan Malaysia. Alasannya sederhana: Untuk hunian seharga US$ 4,2 juta saja orang-orang Indonesia enteng mentransfer uangnya, apatah pula hanya untuk hunian seharga US$ 1,3 juta seperti yang ditawarkan oleh pengembang Singapura Land Ltd. lewat Jervois itu.

Pertanyaannya: Benar-benar superkayakah orang-orang Indonesia sehingga perusahaan-perusahaan properti Singapura dan Australia rajin dan gencar memasarkan dagangannya khusus kepada konsumen di Tanah Air?

Sebagian kecil tentu saja kaya bahkan super kaya tapi pendapatan rata-rata penduduk di sini adalah sekitar US$ 2.200 atau sekitar 13 kali lebih rendah dari pendapatan yang sama penduduk Singapura. Sebagian dari orang-orang Indonesia itu celakanya berpenghasilan kurang dari setengah dolar Amerika atau sekitar Rp 4.000 sehari. Dengan penghasilan sebesar itu, jangan pula membayangkan membeli rumah mewah seperti yang diiklankan Jervois; membeli seons daging sapi seharga Rp 7.500 atau seons jengkol seharga Rp 5.000 pun, mereka jelas tak akan mampu.

Tulisan ini juga bisa dibaca di Tempo.co