www.revolutionhealth.com

“Ada pasien yang datang kepada saya tapi wasirnya sudah parah sekali. Katanya dia sudah berobat ke beberapa orang yang membuka praktek alternatif untuk pengobatan wasir tapi tidak sembuh dan malah habis puluhan juta. Saya kasihan melihat pasien-pasien itu,” kata dr. Niko M. Manaf ahli bedah digestif, yang telah menangani ribuan pasien penderita wasir dan menyembuhkannya secara total. Inilah pengalaman saya yang sejak delapan tahun lalu sembuh total dari wasir setelah ditangani oleh dr. Niko.

Oleh Rusdi Mathari

NAMA dr. Niko bagi saya dan istri saya adalah nama yang istimewa dan mungkin seumur hidup tak akan pernah dilupakan. Saya berkenalan dengannya delapan tahun lalu ketika saya harus menjalani “operasi” wasir. Mitos bahwa operasi wasir akan mengakibatkan impotensi sama sekali tak terbukti pada saya dan sebaliknya saya sudah menikmati terbebas dari wasir selama delapan tahun dengan tingkat kesembuhan total.

Saya adalah penderita wasir akut selama 15 tahun lalu sebelum akhirnya dioperasi pada 22 Mei 2000. Suatu hari pada 1985 ketika saya duduk di bangku SMA di Situbondo Jawa Timur, dari lubang anus saya menyembur darah segar atau mengalami pendarahan. Saat itu saya memang sedang BAB. Saya kaget tapi tidak tahu mengapa keluar darah dan apa yang akan saya alami setelah itu, saya juga tak menghiraukan “peringatan” dini itu. Hari-hari setelah itu kemudian hari-hari yang sebagian besar saya jalani dengan penderitaan demi penderitaan: buang air susah dan menyiksa (karena sakit), duduk tak nyaman, tidurpun tak nyenyak. Siksaan itu semakin menjadi ketika setelah lepas kuliah dari Malang saya menekuni dunia wartawan di Jakarta pada 1990.

Belakangan saya tahu, saya menderita wasir atau ambeien alias hemoroid (hemorrhoids). Saya malu dan merahasiakan penyakit itu dari siapa saja. Selama itu pada saat wasir kambuh saya selalu berusaha mengkonsumsi obat-obat penawar. Bermacam-macam, mulai dari yang diminum hingga yang harus dimasukkan ke dalam lubang anus. Aneka jamu juga saya konsumsi selain pada hari-hari tertentu saya juga mendatangi tukang pijat refleksi untuk pengobatan wasir. Hasilnya tentu saja ada.

Misalnya setelah minum obat-obat atau jamu-jamu dan dipijat refleksi, wasir saya tak kambuh lagi. Namun sifatnya hanya sementara. Beberapa hari kemudian setelah itu, wasir saya kembali kumat dan membuat saya kembali merasakan pedih yang sangat dan gatal di sekitar anus, dan tak nyaman beraktivitas. Pernah saya meraung-raung di kamar mandi kantor tempat saya bekerja karena sakit luar biasa saat BAB. Saat saya lihat ke bawah, darah kental berwarna merah pekat keluar bersama kotoran saya.

kavips.wordpress.com

Pola hidup saya yang tidak doyan olahraga; gemar makan makanan yang pedas; menghabiskan banyak waktu hanya dengan duduk; kurang meminum air putih, sayuran dan buah; dan pada rentang waktu itu suka mengkonsumsi minuman beralkohol; adalah kombinasi lengkap bagi kambuhnya wasir yang saya derita. Penderitaan saya akibat didera wasir akhirnya mencapai puncaknya pada 20 Mei 2000: di rumah saya tidak mampu lagi berjalan dari kamar mandi menuju kamar, usai BAB. Sebagai gantinya saya merangkak. Perlahan karena saya merasa seolah-olah jika ada gesekan sedikit saja akan membuat semuanya semakin parah. Kaki saya tegang, perut saya kembung dan merasakan BAB yang tidak tuntas sementara pikiran saya kalut.

Saya baru menikah selama kira-kira sebulan, pada waktu itu. Istri saya yang menyaksikan saya merangkak dan merintih, lalu menangis. Dia berusaha membopong saya tapi saya terlanjur tak berdaya dan terus merintih. Istri saya yang juga tidak tahu harus berbuat apa juga tak bisa menolong saya hingga kemudian dia berinisiatif mencari majalah Intisari yang pernah dia baca dan memuat tentang penyakit wasir dan penyembuhannya. Saya dan istri saya lupa judul artikel yang dimuat majalah itu tapi kata istri saya, Intisari itu adalah edisi khusus kesehatan. Ketika menulis artikel ini saya mencoba menjelajah internet dan menemukan artikel yang dimaksud berjudul “Menyembuhkan Wasir Tanpa Operasi” dimuat oleh Intisari edisi Februari 1999.

Ada nama seorang dokter yang disebut dalam artikel itu. Dia adalah dr. Niko M. Manaf, ahli bedah digestif dari Rumah Sakit Kartika, Polumas, Jakarta Timur. Disebutkan dalam artikel, dr. Niko berhasil membuat para penderita wasir sembuh total hingga tingkat 80 persen melalui metode suntik (sclerotherapy). Istri saya tak berpikir panjang dan hari itu sekitar pukul 10 pagi dia mencoba menghubungi RS Kartika. Dari keterangan pihak rumah sakit diperoleh keterangan dr. Niko pada hari Sabtu itu memang praktek dari pukul 11-12 siang. Istri saya lalu mencoba meyakinkan pihak rumah sakit agar “menahan” dr. Niko.

Dalam bayangan istri saya hanyalah kekhawatiran: tak bisa menempuh perjalanan dari Ciputat ke Pulomas hanya dalam waktu satu setengah atau dua jam dengan membawa pasien wasir akut dan tak tahu lokasi pasti rumah sakit yang bersangkutan. Kekhawatiran istri saya hampir menjadi kenyataan karena tiba di rumah sakit hanya bertaut kira-kira lima menit sebelum dr. Niko pergi. Saya lalu diperiksa dan inilah kesimpulan dia: pada anus saya sudah terdapat enam atau lebih benjolan berupa polip atau pembengkakan pembuluh darah yang parah dan itu harus segera diambil tindakan. “Anda beristirahat dan kembali ke sini hari Senin untuk operasi,” kata dr. Niko.

Pada Senin 22 Mei 2000, saya akhirnya benar-benar menjalani “operasi pengangkatan” wasir. Semula saya sempat khawatir jika wasir dioperasi, saya akan menjadi impotent seperti yang saya dengar sebelumnya. Namun dr. Niko menyakinkan, “Saya yang menjamin semuanya akan normal bahkan lebih hot.” Tiga hari setelah dirawat, saya diizinkan pulang dengan pesan dr. Niko kepada saya, “Silakan ngeden semaunya, makan apa saja, dan sebentar lagi Anda insyaallah akan punya anak.”

Dokter itu benar, hari-hari setelah itu saya benar-benar merasakan terbebas dari wasir atau yang sering dipelesetkan sebagai penyakit “kutub selatan” hingga sekarang. Empat bulan setelah itu, istri saya hamil.

Pengobatan wasir yang dipraktekkan oleh dr. Niko adalah metode penyuntikan (injeksi). Metode kedotekran ini berdasarkan metode kedoteran Timur dan lebih menjanjikan. Melalui metode yang pertama kali digunakan pada 1993 ini, yang disuntik bukan hanya wasirnya tapi juga otot anusnya. Tujuannya agar otot anus bisa mencengkeram dengan baik dan merata di seluruh bagian (lihat “Menyembuhkan Wasir Tanpa Operasi” majalah Intisari, Februari 1999)

Macam obatnya cukup banyak tergantung tingkat keparahan wasir. Makin parah tingkatan penyakitnya diperlukan kualitas obat wasir yang makin bagus. Dengan obat yang lebih bagus, perbaikan yang terjadi akan lebih baik. Obat ini akan berada di bagian yang disuntikkan sekitar 2 minggu. “Selama dua minggu itu dia memperbaiki struktur otot anus. Dia akan memperbaiki kontraksinya, membentuk aliran darah baru, dan menghilangkan varisesnya. Wasirnya tidak mengkerut melainkan mencair dan diserap tubuh,” jelas dr. Niko.

Diharapkan, dengan sekali tindakan, wasir tidak kambuh lagi. “Seperti dikatakan oleh penemu obat wasir ini, sekali suntik untuk seumur hidup. Mudah-mudahan begitu. Saya sudah menolong ribuan orang, hasilnya kira-kira seperti itu,” ujar dr. Niko. Tingkat kegagalannya diperkirakan cuma 2 persen. “Yang tidak berhasil itu karena tidak mengikuti petunjuk. Umpamanya hari ini disuntik, beberapa jam kemudian pulang ke Bali dengan kereta api, sehingga mekanisme pengobatannya tidak jalan,” ungkapnya.

www.gunthergifts.com

Apa sebenarnya yang disebut wasir? Wasir, atau sering disebut ambeien (dalam bahasa Inggris Hemoroid) adalah penyakit pada anus dimana sphinchter ani atau bibir anus, mengalami pembengkakan yang terkadang disertai pendarahan. Dalam beberapa kasus, wasir atau ambeien disebabkan oleh kesalahan dalam melakukan gerakan pada olahraga tertentu misalnya pada olahraga angkat beban atau olahraga pernapasan, terlalu banyak duduk atau faktor genetika (keturunan).

Wasir bisa mengeluarkan darah, terutama setelah buang air besar, sehingga tinja mengandung darah atau terdapat bercak darah di handuk atau tisu kamar mandi. Darahnya bisa membuat air di kakus menjadi merah. Wasir yang menonjol keluar mungkin harus dimasukkan kembali dengan tangan perlahan-lahan atau bisa juga masuk dengan sendirinya.

Wasir dapat membengkak dan menjadi nyeri bila permukaannya terkena gesekan atau jika di dalamnya terbentuknya pembekuan darah. Kadang wasir bisa mengeluarkan lendir dan menimbulkan perasaan bahwa masih ada isi rektum yang belum dikeluarkan. Gatal pada daerah anus (pruritus ani) bukan gejala dari wasir. Rasa gatal bisa terjadi karena sulit untuk menjaga kebersihan di daerah yang terasa nyeri ini.

Penyakit ini terutama banyak diderita oleh mereka yang bekerja di bawah tekanan (deadline) seperti wartawan, akuntan, tentara, dan sebagainya. Ada sebagian orang, misalnya anak-anak disebabkan oleh faktor genetik sementara pada ibu-ibu hamil disebabkan oleh berat kandungan. Sayangnya memang, sebagian besar pengidap penyakit ini cenderung merasa malu untuk menceritakan apalagi memeriksakan diri ke dokter, seperti yang juga pernah saya alami. Alasan utamanya adalah letak penyakitnya yang di anus yang dianggap memalukan. Akibatnya banyak penderita wasir yang terus menderita dan sudah parah kondisinya ketika diperiksa ke dokter seperti dalam kasus saya.

Jika Anda punya wasir, karena itu jangan pernah malu memeriksakan ke dokter. Atau kalau Anda bertanya kepada saya, apa yang seharusnya dilakukan, saya merekomendasikan segeralah pergi ke dr. Niko, dokter pensiunan Kolonel TNI-AD yang bekerja dengan hati dan telah menyembuhkan ribuan penderita wasir. Sebaliknya jangan pernah percaya pada praktek-pratek alternatif yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak profesional yang sering diiklankan di televisi dan media cetak kecuali Anda ingin semakin parah menderita wasir dan menghabiskan puluhah juta rupiah sebagai ongkos pengobatan.

Dia, dr. niko saat ini masih praktek di RS Kartika Pulomas dan sudah mendidik beberapa dokter muda untuk mengikuti jejaknya. “Satu dari Surabaya, satu Semarang, dan satu di Bandung. Dokter itu sedang mengambil sertifikat di Beijing,” kata dr. Niko kepada saya dalam sebuah percakapan, Sabtu sore (19 Januari 2008).