Hentikan semua yang sudah kita lakukan selama 14 tahun ini. Sudah tidak berhasil. Tak satu pun lagi menunjukkan strategi itu bisa berhasil. Itu permainan whack a mole, bukan perencanaan. Biarkan Timur Tengah mengurus dirinya sendiri. Hentikan membentuk negara gagal. Hentikan buang-buang percuma kebebasan di dalam negeri atas nama kebohongan. Hentikan memuntungi hak-hak kewargaan Muslim yang hidup bersama kita. Pahami perang, seperti apa adanya, yaitu melawan seperangkat ide—keagamaan, anti-barat, anti imperialis—dan kau tak bisa membom ide. Menempatkan tentara-tentara barat di lapangan Timur Tengah dan pesawat-pesawat barat di angkasa hanya mengipasi nyala api. Balas dendam tidak bisa dan tak akan bisa memadamkan sebuah ide. Lanjutkan membaca “Paris: Anda tak mau baca yang satu ini”
Betulkah kebebasan berbicara dan berekspresi seperti yang dilakukan majalah Charlie Hebdo di Prancis bisa menimbulkan sengketa dan menyulut kebencian? Lanjutkan membaca “Serangan untuk lelucon Charlie Hebdo”
Sepuluh media dari Jakarta telah diundang oleh Arcelor-Mittal untuk mengirimkan wartawannya mengikuti kunjungan jurnalistik ke Eropa. Tujuannya agar 10 wartawan itu mendapat gambaran utuh tentang Arcelor-Mittal.
Washington sempat ragu, tapi para pejabat dari pemerintahan Presiden Jimmy Carter tetap berbicara kepada media bahwa, “Mesjid Mekkah diduduki orang-orang bersenjata yang diyakini berasal Iran.” The New York Time menjadikannya sebagai headline pada Rabu pagi 21 November 1979. Berita semacam itu lalu beredar luas ke seluruh dunia dan menyulut sentimen anti-Amerika. Negara itu dituduh berada di balik aksi penguasaan Al Haram oleh Kelompok Juhaiman. Washington telah melakukan kesalahan besar dengan mengambil kesimpulan terhadap informasi yang belum benar-benar diketahui oleh intelijen mereka. Lanjutkan membaca “Pertumpahan Darah Pertama di Mesjid Al Haram”
Komentar Pembaca