Situbondo, dulu punya beberapa nama yang terkenal. Sekarang namanya banyak disebut oleh media, tapi dengan embel-embel “jalan” di depannya: Jalan Situbondo. Itulah satu ruas jalan di Menteng, Jakarta Pusat.
Malam itu sepulang dari Surabaya, di rumahnya di Bangkalan, Busairi dengan bangga bercerita tentang pengalamannya yang dicegat polisi di Surabaya karena tak mengenakan helm tapi kemudian berhasil lolos. Lanjutkan membaca “Saya Anggota Pak…”
Dengarlah kemudian pengakuan Saifullah Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Timur itu: mur dan baut Jembatan Suramadu bukan raib oleh pencurian melainkan memang belum dipasang karena peresmiannya yang diminta dipercepat. Lanjutkan membaca “Wasiat Anas”
Sudah sejak lama, sebagian orang Madura paling takut berurusan dengan polisi atau tentara. Kata mereka, tentara dan polisi menang senjata karena menggunakan pistol dan senapan yang berpeluru dibanding senjata mereka yang hanya celurit atau pisau. Namun ketakutan mereka kepada tentara dan polisi, memunculkan banyak cerita lucu.
Di Indonesia, tak ada cerita koran atau majalah mati dalam keadaan atau dengan cara ketawa. Pasti dengan sedih dan duka derita. Kenapa? Karena negara kita adalah negara Indonesia, bukan negara Madura.
Lanjutkan membaca “Mati Ketawa Cara Madura”
Mata saya tak sekalipun lepas memandang wajah dan tubuh Ken Dedes yang sekarang tepat berada di depan saya, tidur di dipan yang terbuat dari kayu jati. Permaisuri dari dua raja Singosari itu, yang selama ini hanya saya dengar dari cerita para guru sejarah dan hanya saya baca dari beberapa buku sejarah dan novel, ternyata memang jelita. Tuhan seolah menumpahkan semua kesempurnaan pada perempuan ini: Bibir tipis, hidung bangir, buah dada padat, leher jenjang, lengan halus, dan kulit langsat kuning dengan wangi yang tak habis saya hirup. Lanjutkan membaca “Percakapan dengan Ken Dedes”
Komentar Pembaca