Pemerintah Kota Batu baru-baru ini dikabarkan mewajibkan para tukang pijat perempuan yang bekerja di panti-panti pijat di kota itu untuk menggunakan celana dalam yang digembok. Tujuannya untuk mencegah panti pijat disalahgunakan menjadi tempat pelacuran terselubung dan citra Batu sebagai kota pariwisata karena itu bisa tetap terjaga.
Mata saya tak sekalipun lepas memandang wajah dan tubuh Ken Dedes yang sekarang tepat berada di depan saya, tidur di dipan yang terbuat dari kayu jati. Permaisuri dari dua raja Singosari itu, yang selama ini hanya saya dengar dari cerita para guru sejarah dan hanya saya baca dari beberapa buku sejarah dan novel, ternyata memang jelita. Tuhan seolah menumpahkan semua kesempurnaan pada perempuan ini: Bibir tipis, hidung bangir, buah dada padat, leher jenjang, lengan halus, dan kulit langsat kuning dengan wangi yang tak habis saya hirup. Lanjutkan membaca “Percakapan dengan Ken Dedes”
Komentar Pembaca