JAKARTA/INDONESIA, 13JUN11 - Boediono, Vice-Pr...
Boediono, Vice-President of Indonesia [Photo credit: Wikipedia]
Barangkali persoalan utamanya, bukanlah soal Bank Mutiara [eks Bank Century] akan laku atau tidak laku dijual, dan harga penjualannya realistis atau tidak. Melainkan benar adakah [investor] yang akan membeli bank yang mengeruk dana hingga Rp 6,76 triliun itu? Atau kalau ada, benarkah calon pembelinya bukanlah calon pembeli yang direkayasa misalnya, seperti halnya alasan pengucuran dana ke Bank Century?

oleh Rusdi Mathari
Pertanyaan ini penting diajukan, karena sejak skandal bailout Bank Century mengemuka, orang-orang yang “membenarkan” tindakan bailout ke Bank Century selalu sesumbar, bank itu [sesuai Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan] akan laku dijual setidaknya sampai lima tahun ke depan sejak di-bailout [2008]; meskipun sesumbar itu bisa juga dibaca sebagai bagian dari usaha untuk menepis anggapan bahwa dana Rp 6,76 triliun yang dikucurkan ke Bank Century tidak akan kembali, bahwa bailout itu bukanlah skandal dan bukan perkara korupsi.

Anda pasti sudah membaca berita di media, April mendatang skandal ini akan memasuki babak baru menyusul rencana  KPK memeriksa Sri Mulyani Indrawati [eks menteri keuangan] di Washington, Amerika Serikat. Namun belum lagi Sri  diperiksa, pekan silam muncul pernyataan dari analis keuangan Lin Che Wei, bahwa keharusan penjualan Bank Mutiara minimal senilai Rp 6,76 triliun hingga tahun kelima [2013] setelah penyelamatan, secara finansial tidak realistis.

Dia bahkan menyarankan, agar pemerintah perlu memberikan insentif kepada calon investor Bank Mutiara dalam bentuk keringanan skema pembayaran secara bertahap, alias diangsur. Tak lupa pula, Che Wei menyatakan, gangguan politisasi secara terus-menerus akan menekan harga jual Bank Mutiara, sementara penjualan Bank Mutiara untuk meminimalkan biaya dana talangan [bailout] yang telah dikeluarkan tidak menjadi fokus para politisi.

Belum jelas betul, apa maksud Che Wei dengan analisisnya itu. Misalnya apa betul dia hanya bertindak sebagai analisis independen, atau tidak mewakili kepentingan tertentu, dan siapa?

Yang agak jelas, Che Wei pernah bekerja di Sampoerna Foundation, sebuah yayasan milik Keluarga Sampoerna. Keluarga Sampoerna adalah eks pemilik perusahaan raksasa rokok PT HM Sampoerna, dan  yayasan itu didirikan untuk tujuan membantu anak-anak Indonesia yang berbakat. Berbagai macam penghargaan termasuk kepada kalangan wartawan, diberikan oleh Sampoerna Foundation setiap tahun.

Salah satu dari Keluarga Sampoerna adalah Budi Sampoerna, yang menyimpan dana Rp 2 triliun di Bank Century dan tentu saja uangnya telah kembali setelah bank itu di-bailout. Budi pula yang disebut-sebut ikut memodali sebuah penerbitan koran di Jakarta.

Sri Mulyani Indrawati, Managing Director of th...
Sri Mulyani Indrawati, Managing Director of the World Bank [Photo credit: Wikipedia]
Yang agak jelas pula, Che Wei menyampaikan analisisnya soal penjualan Bank Century, berselang dua hari setelah pernyataan KPK yang akan memeriksa Sri Mulyani. Jusuf Kalla pernah membuat pernyataan bahwa Sri telah mengaku kepadanya, merasa ditipu oleh Bank Indonesia [Boediono-Wakil Presiden] tentang bailout ke Bank Century. Sri tak menyangka, jumlah dana “penyelamatan” Bank Century terus membengkak dari semula Rp 632 miliar menjadi Rp 6,76 triliun. Jusuf Kalla sendiri menyebut bailout ke Bank Century itu, sebagai skandal perampokan.

Namun apa pun dasar analisis Che Wei, skandal Bank Century dan isu penjualannya kemudian, memang  menarik. Selama 5 tahun terakhir,  para pejabat LPS selalu menyatakan, bank itu pasti akan laku dijual kepada investor asing atau lokal asalkan strategis. Kalau tidak bulan ini, akan dijual pada bulan itu. Kira-kira begitulah berbagai pernyataan pejabat-pejabat LPS.

Mereka pun melakukan road show ke luar negeri untuk [katanya] menawarkan Bank Century kepada investor meskipun hingga memasuki tahun kelima [2013] sebagai batas terakhir waktu penjualan, tak sekali pun muncul nama calon investor Bank Century dari LPS. Kalau pun ada, seperti Yawadwipa Companies, misalnya, nama itu tidak dimunculkan oleh LPS melainkan inisiatif dari perusahaan itu sendiri.

Yawadwipa adalah perusahaan yang baru berdiri 10 Januari 2012, dan langsung “menawar” Bank Century  pada bulan berikutnya. Tawarannya fantastis: Bersedia membeli Bank Century senilai bailout Rp 6,76 triliun.  Belakangan “tawaran” Yawadwipa itu juga tidak terlalu jelas kelanjutannya, dan isu penjualan Bank Century kembali tidak jelas [lihat: Golkar membeli eks Bank Century?].

Lalu di ujung ketidakjelasan ada dan tidak adanya calon pembeli  Bank Century yang beberapa kali disebutkan oleh para pejabat LPS itu, muncul analisis Che Wei soal tidak realitisnya harga penjualan Bank Century sebesar Rp 6,76 triliun.

Atau benar akan seperti penyataan Lin Che Wei-kah, ujung dari semua rekayasa bailout Bank Century itu: Politisasi yang secara terus-menerus dianggap menekan [baca: menggagalkan] penjualan Bank Mutiara?

Fakta-fakta “rencana” penjualan Bank Mutiara

Kamis, 15 Oktober 2009
Direktur Utama Bank Mutiara, Maryono: Bank Mutiara jangan dijual ke pemilik lama.

Jumat, 30 Juli 2010
Ketua Dewan Komisioner LPS, Heru Budiargo: Sampai saat ini, belum ada [investor] yang menawar.

Kamis, 14 Oktober 2010
Heru Budiargo:  Sesuai aturan, Bank Mutiara akan mulai ditawarkan November 2011 atau tiga tahun setelah proses penyehatan.

Senin, 17 Januari 2011
Kepala Eksekutif LPS, Firdaus Djaelani: November 2011, LPS harus sudah melakukan public offering Bank Mutiara.

Senin, 7 Februari 2011
Firdaus Djaelani: Kalau sampai November tidak ada yang menawar Rp 6,7 triliun, maka UU LPS memperkenankan bank [Mutiara] ini ditawarkan setahun lagi di 2012. Kalau 2012 tidak  ada, saya tawarkan lagi. Kalau 2013 belum ada peminat harga segitu, tandanya kami langsung tawarkan lagi kepada siapa penawar yang tertinggi. Sudah tidak lagi berpatokan pada Rp 6,7 triliun.

Kamis, 10 Maret 2011
Firdaus Djaelani: Pokoknya sebelum November, kami tetap melihat nilai perusahaan untuk menentukan harga [Bank Mutiara].

Jumat, 29 April 2011
Firdaus Djaelani: Bank Mutiara akan dijual Juli-Agustus [2011] seharga Rp 6,7 triliun. Kalau tak bisa, [penjualannya] akan diundur tahun depan.

Rabu, 15 Juni 2011
Firdaus Djaelani: Saat ini proses divestasi sedang dikonsultasikan dengan konsultan keuangan.  Agustus kami umumkan penjualan Bank Mutiara.

Kamis, 8 September 2011
Pengumuman LPS:  Tidak ada calon investor yang memenuhi syarat untuk melanjutkan ke tahap proses penjualan [Bank Mutiara] selanjutnya.

Kamis, 2 Februari 2012
Firdaus Djaelani:  Proses penawaran awal bisa dilakukan  Juni, proses uji tuntas bisa dilakukan awal Juli.

Selasa, 7 Februari 2012
Yawadwipa Companies mengaku mengirim surat penawaran untuk membeli Bank Mutiara seharga Rp 6,7 triliun.

Selasa, 24 April 2012
Kepala Eksekutif LPS, Mirza Adityaswara: Saat ini sudah masuk beberapa nama investor.

Selasa, 15 Mei 2012
Mirza Adityaswara: Enam investor menyampaikan minat membeli saham Bank Mutiara.

Rabu, 1 Agustus 2012
Mirza Adityaswara: Periodenya November ke November,  karena akuisisi Bank Mutiara dulu terjadi pada November. Sekarang kita tutup prosesnya. Awal tahun depan kita buka lagi.

Rabu, 1 Agustus 2012
Heru Budiargo: Optimistis kami masih bisa jual Rp 6,7 triliun tahun depan. Kami optimistis bisa.

Kamis, 9 Agustus 2012
Mirza Adityaswara: Ada tiga investor [calon pembeli Bank Mutiara], satu investor masih diverifikasi. Kalau [verifikasi] selesai, akan diumumkan.

Selasa, 14 Agustus 2012
Direktur Utama BRI, Sofyan Basir: Kalau harga yang ditawarkan berkisar Rp 1,2-1,5 triliun kami tertarik, tapi kalau Rp 6 triliun sepertinya tidak.

Rabu, 15 Agustus 2012
Direktur Keuangan LPS, Mirza Mochtar: Dukungan kemampuan keuangan mereka [tiga calon pembeli Bank Mutiara] tidak memadai.

Senin, 1 Oktober 2012
Heru Budiargo: Proses penjualan yang [tahun] kemarin sudah kita tutup, dan akan mulai lagi pada akhir tahun [2012] ini.

Selasa, 2 Oktober 2012
Heru Budiargo: Bank Mutiara harus dijual. Tahun ini, tahun depan, itu kan empat tahun.

Kamis, 6 Desember 2012
Mirza Adityaswara:  Tahun depan adalah penawaran ketiga kalinya. Eks Bank Century ini tetap akan dilego seharga Rp 6,7 triliun meskipun nilai buku perusahaan saat ini sebesar Rp 1,1 triliun.

Selasa, 22 Januari 2013
Sekretaris LPS, Samsu Adi Nugroho: Pengumuman rencana penjualan sudah dilakukan sejak Senin. Waktu untuk melengkapi syarat pendaftaran masih lama, sampai dengan 15 Mei.

Selasa,  22 Januari  2013
Mirza Adityaswara: [Penjualan Bank Mutiara] sudah diumumkan kembali seperti tertera dalam situs LPS.

Jumat, 8 Februari 2013
Direktur Utama Danareksa Sekuritas, Marciano Herman: Ada dua investor berminat, tapi masih sebatas minat saja, belum menyampaikan surat resmi.