Dari hingar-bingar soal deklarasi itu, menarik memerhartikan “gaya” dari tiga pasangan capres dan wakilnya itu. Tiga deklarasi itu sekaligus juga seolah ingin menunjukkan, kelas masing-masing pasangan, siapa mewakili apa dan karakter mereka.
oleh Rusdi Mathari
HIRUK pikuk soal deklarasi dan pasangan presiden dan wakilnya, akhirnya selesai sudah. Tiga pasang calon presiden dan calon presiden Jusuf Kalla-Wiranto, Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono dan Megawati-Prabowo Subianto, sudah pasti akan bertarung pada pemilu presiden 8 Juli 2009. Tontonan kini akan dialihkan, pada kampanye mereka yang akan dimulai dari 3 hari setelah KPU menentukan nama pasangan calon awal Juni mendatang.
Dari hingar-bingar soal deklarasi itu, menarik memerhartikan “gaya” dari tiga pasangan capres dan wakilnya itu. Tiga deklarasi itu sekaligus juga seolah ingin menunjukkan, kelas masing-masing pasangan, siapa mewakili apa dan karakter mereka.
Pasangan Jusuf Kalla-Wiranto (JK-Win) yang mendeklarasikan kali pertama, 10 Mei silam misalnya, memilih Tugu Proklamasi, di Jalan Proklamasi, Jakarta sebagai tempat deklarasi. Khas Kalla yang selalu blak-blakan, pernyataan singkat kedua pasangan siang itu langsung dibuka dengan pidato yang juga ringkas. Redaksinya mirip-mirip redaksi teks Proklamasi.
“Kami hanya ingin mengatakan, hal-hal yang mengenai pelayanan pemerintah diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya,” kata Kalla.
Tak banyak yang hadir, kecuali beberapa petinggi Partai Golkar dan Partai Hanura, dan sejumlah simpatisan. Untuk ukuran Kalla yang masih menjabat sebagai Wakil Presiden RI, deklarasi itu bahkan bisa dikatakan sangat sederhana. Tak ada seremonial, yang misalnya dirancang khusus penuh kemegahan. Baik Kalla maupun Wiranto, hari itu mengenakan pakaian sederhana, bukan baju khusus yang berkesan mewah.
Kalla memang tipikal orang Makassar yang ceplas-ceplos. Selama menjabat wakil presiden mendampingi Yudhoyono, Kalla disebut-sebut banyak menggagas terobosan. Antara lain gagasan untuk menciptakan perdamaian di Aceh dan di Poso, dan juga Maluku. Setidaknya, Mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisaari mengakui hal itu.
Berpidato saat menerima Hadiah Perdamaian The Felip Houphouet-Boigny oleh UNESCO di Paris, Prancis, Oktober tahun lalu, Martti mengungkapkan dalam proses perdamaian di Nanggroe Aceh Darussalam, peran Jusuf Kalla diakui sangat besar. Kata Martti Jusuf Kalla telah berdedikasi mendorong tercapainya perdamaian melalui MoU Heshinki.
Martti mendapatkan penghargaan dari Badan PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO). Penghargaan tersebut diberikan karena Martti dinilai telah memberikan seluruh waktu dan pikirannya bagi perdamaian di Namibia, kawasan Balkan dan juga Aceh.
“Saya ucapkan terima kasih, hanya dengan dedikasi dan keteguhan Wapres Jusuf Kalla perundingan damai Aceh bisa terwujud,” kata Martti (lihat “Peran JK dalam Perdamaian Aceh dapat Pujian Dunia,” Indonesia Ontime, 3 Oktober 2008).
Lalu sambil berdiri di depan patung Soekarno-Hatta 10 Mei lalu itu, Kalla mengatakan, kesederhanaan itu didasari oleh sikap dan kesadaran, bahwa rakyat adalah soko guru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Dirinya, siang itu, bahkan tak malu-malu meminta doa restu dari rakyat dan para pendukungnya. Kata dia,
SBY Berbudi
Deklarasi di Tugu Proklmasi yang lusuh itu berbeda dengan deklarasi Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono (SBY Berbudi) di Sasana Budaya Ganesha, Bandung, Jumat 15 Mei 2009. Acara yang dihadiri sekitar 2 ribuan undangan itu, dirancang khusus dengan melibatkan Bravo Media Centre/Fox Indonesia, organisasi PR milik Malarangeng bersaudara. Acara dilangsungkan di auditorium hall berkapasitas 1.581 kursi dengan tambahan 200 tempat duduk.
Mengutip seorang petugas lapangan, Solopos menyebutkan, biaya acara itu unlimited atau tidak terbatas. Belanja kain hias untuk panggunya menghabiskan ongkos Rp 100 juta (lihat “Hari Ini ‘Ijab Kabul’ SBY-Boediono Digelar Mewah,” Solopos, 15 Mei 2009).
Gedung tempat deklarasi SBY Berbudi itu, memang merupakan gedung megah di kompleks ITB, Jalan Taman Sari 73, Bandung. Di situs www.sabugacenter.com, sewa gedung disebutkan Rp 25.650.000 per 12 jam. Ketua DPP Partai Demokrat Ahmad Mubarok menilai, deklarasi itu meniru deklarasi Obama-Joy Bidden di Illionis, 23 Agustus 2008, ketika keduanya maju sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden dari Partai Demokrat (lihat “SBY Titu Obama,” Bangka Pos, 15 Mei 2009)
Waktu itu sesaat setelah memasuki ruangan, Obama dan Joy Bidden masing-masing berlari ke sisi kiri dan kanan panggung lalu bertemu di tengah panggung dan saling berangkulan.
Di Sasana Budaya Ganesha SBY Berbudi langsung naik panggung, berdiri, dan keduanya melambaikan tangan sebelum duduk bersanding di kursi. Dalam pidatonya, Yudhoyono menceritakan keberhasilan pemerintahannya selama lima tahun terakhir. Mulai dari kemajuan ekonomi yang dinilainya mulai bagus, penghormatan terhadap HAM, dan sejumlah kemajuan lain termasuk juga perdamaian di Aceh, yang diakui Martti sebagai gagasan Kalla.
Beberapa jam sebelum deklarasi SBY Berbudi, ratusan orang di Karawang, sekitar 100 kilometer utara Bandung, puluhan warga jatuh pingsan dan terinjak-injak dalam antrean 3.000 penerima Bantuan Langsung Tunai. Mereka diduga kelelahan setelah menunggu berjam-jam demi BLT sebesar Rp 200 ribu (lihat “Antre BLT, Sejumlah Orang Pingsan,” AN.TV, 15 Mei 2009)
Menjawab kritikan Megawati soal BLT itu, dalam kampanye pemilu legislatif lalu, Yudhoyono menyebut BLT sebagai keberpihakan kepada rakyat kecil. “BLT itu untuk membantu orang susah. Boleh atau tidak kita membantu orang susah? Punya hatikah kita terhadap rakyat miskin?” teriak Yudhoyono dari panggung kampanye di Stadion Mattoangin, Makassar (lihat “SBY: BLT itu Membantu Orang Susah,” Kompas.com, 22 Maret 2009)
Mega Pro
Deklarasi terakhir dari pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan maju dalam pemilu Juli mendatang, adalah pasangan Megawati-Prabowo Subianto (Mega Pro). Sama dengan pasangan JK-Win, tak ada acara spesial dalam deklarasi yang berlangsung di kediaman Megawati di Jalan Teuku Umar, Jakarta, Jumat malam 15 Mei 2009, atau beberapa jam setelah deklarasi SBY Berbudi.
Megawati tampak mengenakan busana batik warna cerah dan Prabowo mengenakan pakaian khas safari. Kendati begitu, deklarasi mereka termasuk yang paling banyak ditunggu-tunggu, karena dibandingkan dua pasangan capres/cawapres lainnya deklarasi pasangan itu dianggap paling rumit proses “perjodohannya.”
Berpidato singkat di acara itu, Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati mengharapkan pemerintahan sekarang menyelenggarakan pilpres yang jujur, adil, langsung, umum, bebas dan rahasia demi tegaknnya demokratisasi di Indonesia. “Semua pengalaman dan kekurangan yang terjadi selama Pemilu Legislatif dapat diatasi dan diperbaiki demi masa depan bangsa dan negara Indonesia yang lebih baik,” kata Megawati (lihat “Megawati-Prabowo Serukan Pilpres Jurdil,” Republikaonline, 16 Mei 2009).
Prabowo yang juga memberikan pernyataan setelah Megawati mengatakan, penunjukkan dirinya sebagai wakil persiden merupakan kehormatan besar. Menurut mantan Panglima Kostrad itu, kesepakatan yang dicapai antara PDI-Perjuangan dan Partai Gerakan Raya Indonesia (Gerindra), karena kedua partaimemiliki komitmen yang besar untuk menegakkan Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), kedaulatan ekonomi dan berpihak pada kaum kecil.
“Ini merupakan tanggungjawab besar yang akan saya laksanakan sebaik mungkin bersama Ibu Megawati Soekarnoputri dan PDI-Perjuangan,” kata Prabowo (lihat “Megawati-Prabowo Deklarasikan Sebagai Capres/Cawapres,” Suara Merdeka CyberNews, 15 Mei 2009).
Usai deklarasi keduanya mendapat ucapan selamat dari petinggi PDIP dan Gerindra, Mochtar Pakpahan dan sejumlah simpatisan. Halida Hatta yang berbaju terusan warna putih, tampak berpelukan dengan Megawati dan saling menempelkan pipi.
Semua deklarasi itu, tentu saja penting bagi ketiga pasangan calon presiden dan wakilnya. Namun yang lebih penting, ketika salah satu di antara mereka terpilih menjadi presiden dan wakil presiden, mereka kemudian memang terbukti melakukannya dengan cara-cara yang benar, baik dan jujur, bahkan ketika peluang menjadi presiden dan wakil presiden itu sangat mudah didapat oleh mereka. Kalau tidak, mereka tak lebih dari segerombolan penipu.
Mei 16, 2009 at 1:57 pm
Dari statement deklarasi ketiga pasangan capres/cawapres, kita bisa menilai mana yang lebih berbobot, santun, qualified, amanah dan tentunya tidak sekedar berbicara “angin surga”.
Mei 16, 2009 at 2:15 pm
Benar Doel
Kita bisa juga melihat, mana yang lebih memetingkan pesona dan daya tarik, seolah-olah itu.
Mei 16, 2009 at 3:45 pm
Masih deklarasi aja dah buang duit milyaran rupiah, kalo dah jadi presiden ? nambah utang negara lagi kan buat bayar TS tim PR bravo. Liat aja http://www.dmo.or.id/content.php?section=15 …………. mari lanjutkan penderitaan rakyat !!!
Mei 16, 2009 at 4:15 pm
Djodi, catatan terakhir menyebutkan, menjelang akhir tahun 2008 utang Indonesia sudah mencapai US$ 2.335,8 miliar. Konsekuensinya, cicilan utang yang harus dibayar Indonesia tahun 2009 adalah sebesar US$ 22 miliar setara dengan Rp 250 triliun. Cicilan utang pemerintah US$ 9 miliar dan cicilan utang swasta US$ 13 miliar. Di antara utang pemerintah itu, uang luar negeri yang jatuh tempo pada 2009 senilai Rp 59
triliun (Kompas, 24/11/2008)
Mei 16, 2009 at 5:20 pm
Kalau gak salah data mas Rusdi adalah Utang Negara + Utang Swasta.
Jika utang negara, seperti link yang disebutkan Mas Djodi yakni 1667 T pada Januari 2009.
Mei 16, 2009 at 3:50 pm
Tiga Model Lama….tiga gaya, tiga ambisi…semua capres dibungkus hasrat kekuasaan yang kuat…..(mana demi rakyatnya….bohong !!)
Mei 16, 2009 at 4:18 pm
Emil, dari tiga gaya deklarasi itu, kita bisa menilai, siapa yang menghambur-hamburkan uang banyak hanya untuk perayaan selama kurang lebih sejam.
Mei 16, 2009 at 4:02 pm
Tapi sayang, ketiga capres-cawapres para jenderal militer produk orde baru + penerima aliran dana non-budegter DKP 2004:
http://nusantaranews.wordpress.com/2009/05/16/sby-mega-jk-wiranto-penerima-dana-korupsi-dkp-2004-kembali-nyapres/
Mei 16, 2009 at 4:19 pm
Nusantaraku, pilihan kini ada pada kita semua.
Mei 16, 2009 at 5:23 pm
pilihanku juga pilihan rakyat indonesia sudah tentu SBY
Mei 16, 2009 at 5:17 pm
hiduuup SBY……………..! biarkan anjing-anjing itu menggongong, kami rakyat indonesia akan selalu mendukungmu. lagian uang2x sendiri kenapa ribut? apa iri calon anda ga punya konsep segemilang sby berbudi?
Mei 17, 2009 at 5:18 pm
@edy
Astaga…. saya baru tahu bahwa ada pendukung SBY-Berbudi namun tulisannya sangat jauh dari budi dengan mengatakan orang yang tidak mendukung dengan “anjing”.
Saya sudah tidak tahu, apa yang terjadi Indonesia kedepan, jika ada perbedaan pendapat, lalu salah satu pihak mengatakan orang yang berbeda pendapat sebagai anjing.
Cobalah kita kembali kepada nilai-nilai luhur. Kita boleh berpendapat, sampaikan itu, kritiklah sekeras-keras mungkin segala kekurangan dan kekeliruan, tapi ingat jangan samakan manusia dengan binatang.
Anda mengatakan rakyat Indonesia, rakyat yang mana? Semestinya kita harus proporsional, katakan rakyat yang ini dan itu mendukung. Jangan membawa sepenuhnya rakyat Indonesia.
Mei 16, 2009 at 5:21 pm
sodara rusdi, menurut saya SBY pasti menang…..!menurut anda gmn? oya coment saya yang diatas ditanggapi ya…..!
Mei 17, 2009 at 8:41 pm
Edy yang baik,
Hehehe…anda berlebihan dengan menyebut “anjing-anjing itu.” Saya tidak tahu persis apakah uang yang digunakan uang pribadi, uang partai, atau uang negara. Yang saya dengar, pesta deklarasi di Sabuga itu menghabiskan biaya Rp 10 miliar lebih.
SBY menurut perkiraan banyak lebih lembaga survei memang jauh lebih siap. Ini wajar saya kira, karena dia yang berkuasa dan sudah mempersiapkan pencalonannya sekarang, jauh-jauh hari, lima tahun lalu.
Selain itu “restu” dari Washington tampaknya memang hanya pada SBY.
Mei 17, 2009 at 7:45 am
siapapun presidennya yang penting rakyat sejahtera.
Mei 17, 2009 at 8:43 pm
ADA Grosir
Saya kira anda benar. Rakyat sebetulnya tidak peduli, siapa yang akan jadi presiden. Yang mereka peduli, adalah harga-harga kebutuhan (pokok terutama) bisa terjangkau. Nah untuk yang satu ini, saya tidak tahu, apakah anda atau tetangga anda termasuk yang bisa menjangkau harga-harga kebutuhan pokok itu, atau sebaliknya.
Mei 17, 2009 at 3:11 pm
Saya kok malah bete lihat acaranya SBY-Boediono.
rakyat lagi susah kok malah bermewah-mewahan.
Belum konsepnya yang kelihatan banget menjiplak OBAMA-BIDEN.
dan fakta bahwa hampir semua stasiun TV menyiarkan deklarasi SBY-Boediono membuat saya seperti kembali ke zaman orba dengan tvri-nya dulu.
Mei 18, 2009 at 12:22 am
terus milih sopo cak ? ngomong wae seng blak-blakan koyo pak yusuf kalla he he he, opo rasah dipilih kabeh wae cak tapi mosok calon telu ora ono seng rodo lumayan. MILIH SAMBIL TERUS BERDO’A SEMOGA YANG KITA PILIH BILA JADI PRESIDEN DIBUKA MATA HATINYA OLEH ALLOH, po ngono wae cak ?
Mei 18, 2009 at 1:11 am
Aku milih istriku, hehehe
Mei 18, 2009 at 10:20 pm
Saya dukung full, pake duit keringat sendiri jadi tim sukses tanpa perlu gembar gembor utk salah satu capres-cawpres dgn syarat :
1. Capre-cawapres plus partai pendukung teken kontrak politik utk mewujudkan UU Pembuktian Terbalik.
2. Semua bentuk layanan publik transparan berlaku dari jenjang menteri sampai lurah.
3. Semua dana yang berkaitan dgn pendidikan, pengentasan kemiskinan, ketertinggalan dapat diaudit dan dapat di akses publik secara terbuka.
Ada gak ya yg berani ambil resiko ini ? Yg pasti menjadi tidak populer di kalangan oknum birokrat dan penguasa yg bermental bobrok.