Setiap tahun, setelah selesai dinas militer, 30 ribu pemuda Israel bertolak ke India untuk gila-gilaan mengkonsumsi narkoba. Selama dua tahun, sutradara Yoav Shamir mengikuti kelompok anak muda ini dan membuat dokumenter tentang ulah mereka.

oleh Nicolien den Boer

FILM berjudul Flipping Out (lepas kontrol) terutama menarik karena Shamir berhasil merekam deretan anak muda Israel, yang semuanya, tanpa kecuali, mabuk narkoba, dari mabuk biasa hingga mabuk parah. Ditanya bagaimana ia berhasil melakukannya, Shamir melucu ‘kami hanya memberi mereka narkoba saja’ dan ‘jadwal mereka toh tidak padat’.

Kegiatan sehari-hari bekas militer di India sebagai berikut: mengisap ganja sambil sarapan, biasanya disusul jenis obat bius yang lebih berat seperti kokain, xtc, lsd atau ketamine, yakni narkoba pesta yang juga dipakai sebagai obat bius. Ini dilakukan selama berbulan-bulan, kadang-kadang juga bertahun-tahun. Setiap tahun, gaya hidup seperti ini menghancurkan beberapa ribu anak. Mereka misalnya mengalami gangguan jiwa. Dalam bahasa sehari-hari Israel, ini juga disebut Flipping Out (lepas kontrol).

Suasana Murung

Kendati kelompok anak muda ini, setelah selesai dinas militer, secara massal bertolak ke India untuk berpesta-pora, film dokumenter Shamir tidak bernuansa meriah. Yang menarik justru suasana murung, pesta-pesta gelap dan hotel-hotel suram yang digambarkan Shamir.

Sutradara Israel, yang baru-baru ini berkunjung ke Amsterdam dalam rangka mempromosikan dokumenternya, tidak banyak melihat kegembiraan antara para anak muda.

Yoav Shamir: “Kebanyakan dari mereka hanya mengonsumsi jumlah besar narkoba. Di sana saya tidak banyak menemukan orang bahagia.”

Di Belanda, Yoav Shamir mulai dikenal dengan dokumenter berjudul Checkpoint, yang memaparkan dampak pemeriksaan serta pelbagai tindakan Israel terhadap kehidupan sehari-hari di Jalur Gaza dan Tepi Barat Sungai Jordan.

Dengan dokumenter ini, Shamir memperoleh banyak penghargaan internasional, di antaranya Penghargaan Joris Ivens, empat tahun lalu pada Festival Film Dokumenter di Amsterdam.

Tanda Tanya Besar

Dalam dokumenter terbarunya, Shamir kembali memilih untuk tidak memberikan komentar eksplisit. Akibatnya, satu pertanyaan tidak terjawab: Mengapa semua anak muda Israel di India selama berbulan-bulan lepas kendali? Apa yang diincar di sana? Tampaknya ada hubungan antara dinas militer dan penggunaan narkoba secara berlebih-lebihan. Shamir menyatakan tidak ingin menyampaikan pesan dengan filmnya ini. “Saya hanya ingin menceritakan sebuah kisah yang indah. Kalau orang memetik pelajaran darinya, baguslah.”

Dan dari para pemuda yang diwawancarai oleh sutradara, penonton juga tidak menjadi lebih banyak tahu. Para mantan anggota militer itu berupaya mati-matian menghilangkan atribut kemiliterannya: Rambut pendek dan seragam militer diganti dengan rambut panjang, janggut tebal dan pakaian hipis.

Namun selanjutnya mereka semua tampak sangat puas dengan masa dinas militer dan memuji rasa persahabatan dalam tentara. Seorang mantan militer muda Israel menggambarkan bahwa ia merasa ‘memiliki kekuasaan’ dengan berada di India bersama banyak rekan-rekannya. Ia sama sekali tidak merenungkan kembali perbuatannya. Satu-satunya renungan datang dari mantan tentara yang menyatakan orang India mirip orang Palestina: Mengapa demikian, sama sekali tidak jelas.

Merenungkan

Menurut Shamir, dinas militer yang singkat tidak memungkinkan mereka melemparkan sikap kritis terhadap militer. Sutradara itu bahkan setelah menyelesaikan dinas militernya juga pergi ke India dan baru merenungkan tingkah lakunya bertahun-tahun sesudah itu. Ia mengatakan di Amsterdam:

“Saya ingat pada usia 19 tahun, melakukan patroli di Jerusalem Timur dan menahan seorang Palestina. Ketika itu kami berpikir menyelamatkan negara kami, karena kami zionis. Namun setelah beberapa saat, kami berpendapat bahwa itu bukanlah suatu hal yang positif untuk masa depan sebuah negara.”

Kendati Shamir sebelumnya mengatakan tidak ingin menyampaikan pesan, namun dalam dokumenternya ternyata ia menyelipkan pula adanya hubungan antara apa yang terjadi di India dan pengalaman setelah menjalani dinas militer. Di antara wawancara dan gambar orang-orang yang lepas kontrol, ia juga menyelipkan film amatir tentang aksi militer di wilayah pendudukan. Kemungkinan sang sutradara berhati-hati untuk menjelaskan maksud film tersebut, karena ia berharap dokumenter itu juga akan diputar di Israel. Namun sampai saat ini upaya itu masih gagal.

Shamir juga secara terbuka bereaksi atas pertanyaan lain. Ketika ditanya apakah ia misalnya ketika melakukan perjalanan keliling India juga menggunakan narkoba, ia menjawab: semua orang menggunakan obat bius, jika mereka menjawab lain maka itu artinya bohong. Dan ketika ditanya apakah sekarang di usia tiga puluhan berhasil menjauhi narkoba selama berada di India. Ia menjawab: “biasanya begitu.”

Sumber: Radio Nederland
Keterangan Gambar: Yoav Shamir-Radio Nederland