Tahun lalu PT First Media Tbk. membayar lunas tagihan pajak 2004 dan 2005 yang jumlahnya jauh lebih besar dari perolehan laba bersihnya. Perusahaan yang dimiliki oleh Lippo Grup itu juga tak mengajukan keberatan kepada otoritas pajak. Ada apa?

oleh Rusdi Mathari

ORANG BIJAK TAAT PAJAK. KATA-KATA ITU TAMPAKNYA DIYAKINI benar oleh manajemen PT First Media Tbk. Tahun lalu perusahaan itu membayar lunas semua tagihan pajak yang berupa Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan Surat Tagihan Pajak untuk kewajiban 2004 dan 2005 sebesar Rp 70,24 miliar. Pajak sebesar itu nilainya melampaui perolehan laba bersih First Media pada 2007. Tercantum dalam laporan keuangan 2007, First Media mengantongi laba bersih sebesar Rp 2,5 miliar.

Pembayaran pajak yang menghabiskan seluruh laba itu mestinya memang menimbulkan pertanyaan, apalagi First Media tidak mengajukan keberatan kepada Direktorat Jenderal Pajak atau upaya banding ke Pengadilan Pajak. Itu sebabnya manajemen First Media akan segera dimintai penjelasan oleh oleh Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, Departemen Keuangan untuk upaya keterbuaan.

Sebelum kasus pajak itu mencuat, dilaporkan ada temuan dari Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan soal transfer dana US$ 500 ribu ke rekening sebuah BUMN atas nama seseorang berinisial YH yang juga disebut-sebut sebagai PNS di Depkeu. Karena ditransfer melalui sebuah yayasan keagamaan, dana yang ditransfer itu semula dicurigai sebagai dana pencucian uang. Usut punya usut, dana itu ternyata bersangkut paut dengan kasus pajak First Media.

First Media adalah perusahaan penyedia jasa layanan broadband internet dan televisi kabel di Indonesia. Berdiri sejak 1994, namanya semula adalah PT Broadband Multimedia dan tercatat sebagai pemegang saham First Media adalah Lippo Grup. Tahun lalu, Lippo Grup bahkan mengumumkan telah mengucurkan dana US$ 650 juta kepada First Media, untuk investasi selama empat tahun. Untuk keperluan itu, Lippo menggandeng Shanghai Media Entertainment Group melalui anak perusahaan STR, Cisco dan Motorola. Modal itu antara lain akan digunakan untuk investasi di pengembangan konten dan belanja internet, TV kabel, akses pita lebar, layanan telepon dan sebagainya.

Pada beberapa perusahaan, First Media tercatat memiliki saham kepemilikan. Antara lain di PT Ayunda Prima Mitra. Perusahaan yang disebut terakhir menguasai 80 persen saham PT Direct Vision, yang mengoperasikan stasiun televise berbayar Astro Nusantara. Produk First Media yang terkenal adalah FastNet, layanan internet yang biayanya jauh lebih murah dibandingkan layanan sejenis dari para penyedia jasa internet lainnya. Di jaringan televisi kabel First Media memiliki KabelVision yang sejak Juli 2007 digabung dengan Digital1 dan berganti nama menjadi HomeCable.

Empat belas tahun berdiri, First Media kini memeliki sekitar 180 ribu pelanggan internet pita lebar dan sekitar 130 ribu pelanggan TV berbayar. Jaringan serat optik perusahaan ini mencapai 2.597 kilometer yang tersebar di wilayah Jakarta, Depok, Tangerang, Bekasi, Surabaya dan Bali. Untuk tahun depan First Media menargetkan bisa menjangkau hingga satu juta rumah.

Sumber Bisnis Indonesia, First Media.com