Rusdi Mathari
Rusdi Mathari lahir di Situbondo 12 Oktober 1967. Pernah bekerja sebagai freelancer di Suara Pembaruan (1990-1994),redaktur InfoBank (1994-2000), detikcom, penanggungjawab rubik PDAT majalah Tempo (2001-2002), redaktur majalah Trust (2002-2005), redaktur pelaksana Koran Jakarta (2009-2010), redaktur pelaksana beritasatu (2010-2011), dan pemimpin redaksi VHR.media (2012-2013. Peserta crash program reportase investigasi (ISAI-Jakartra), dan mendapat beberapa penghargaan untuk penulisan berita terbaik dari beberapa lembaga. Saat ini aktif menulis buku dan mengasuh blog Rusdi GoBlog.
Desember 15, 2007 at 10:57 am
dasyat..!!!
luar biasa kelakuan pengambil kebijakan yang bertopeng wakil rakyat. mendapatkan uang jutaan cukup dengan hanya menggunakan kata2 mengikuti aturan yang mereka buat sendiri bersama kroninya (birokrat), sementara petani,nelayan,para buruh, yang membiayai hampir sepertiga belanja pembangunan dari pajak dan retribusi harus bersusah payah berpeluh keringat membiayai kelangsungan hidupnya.
Nyaris tidak ada lagi lembaga yang dapat mengerem ataupu menghentikan ulah mereka (dpr/d). Lembaga KPK pun dengan kewenangan yang besar, belum mampu bahkan seolah dibuat ompong. Oligarkhi yang begitu kuat diantara tiga serangkai (birokrat-politik-pemodal) tidak mampu ditembus oleh KPK..
Apalagi terpilihnya para pendekar baru KPK yang dilakukan dengan proses nego dan jual beli dibelakang meja komisi III kemaren,makin bertambah rasa ketidakpercayaan rakyat akan keseriusan pemerintah untuk benar-benar memberantas korupsi.
Lalu, upaya apa untuk menghentikan mereka??
Jika sikap politik yang kita ambil, maka satu-satunya jalan adalah jangan memilih mereka lagi dalam proses pemilu kedepan. dan jika langkah merdeka yang kita ambil,maka mari kita tidak percaya lagi pada negara ini…
tabe di.
Desember 17, 2007 at 5:01 pm
kawan, jika diinvestigasi lebih dalam, lika-liku korupsi itu sangat lihai dan cipratannya meluber ke banyak tempat. contoh saja di daerah saya, mantan gubernur maluku utara yang diduga menggelapkan milyaran rupiah duit negara, hingga kini masih anteng-anteng saja. itu karena aliran dananya mengalir sampai ke segala penjuru. kalau ditelisik, sangat mungkin muaranya di meja penegak hukum. bahkan kawan2 jurnalis pun, sebagian ikut dalam pesta pora bagi-bagi duit rakyat ini. cak aku salut atas blognya.
Mei 13, 2008 at 7:48 am
ketahuilah bahwa pemberantasan korupsi yang paling efektif adalah dimulai dari DIRI KITA SENDIRI, karena korupsi telah menyebar ke berbagai sektor baik pemerintah maupun swasta dengan bentuk dan nama yang berlainan, salah satu contoh pada saat kita mau naruh barang di supermarket kita harus membayar lebih kepada petugas bukan kepada pemilik supermarket dan tidak ada bukti kuitansi yang sah dan dapat dipertanggung jawabkan.
Soleh HP. 0888 2544 324 atau o878 3119 6464