Rusdi Mathari
Rusdi Mathari lahir di Situbondo 12 Oktober 1967. Pernah bekerja sebagai freelancer di Suara Pembaruan (1990-1994),redaktur InfoBank (1994-2000), detikcom, penanggungjawab rubik PDAT majalah Tempo (2001-2002), redaktur majalah Trust (2002-2005), redaktur pelaksana Koran Jakarta (2009-2010), redaktur pelaksana beritasatu (2010-2011), dan pemimpin redaksi VHR.media (2012-2013. Peserta crash program reportase investigasi (ISAI-Jakartra), dan mendapat beberapa penghargaan untuk penulisan berita terbaik dari beberapa lembaga. Saat ini aktif menulis buku dan mengasuh blog Rusdi GoBlog.
November 29, 2007 at 5:34 am
saya setuju dengan pernyataan bung yassaku..
kata BARONGAN itu bukan lah kata bentukan di bahasa melayu…
jadi kesimpulan nya sudah jelas…
November 29, 2007 at 5:41 am
segala permasalahan yang terkait dengan malaysia baik itu dengan indonesia sendiri atau negara lain, telah dapat diambil suatu kesimpulan bahwa sikap malaysia sebagai negara baru yang perkembangan ekonominya pesat penunjukan gejala sindrom orang kaya baru. yaitu sikap ingin memiliki segalanya dengan cara apapun (pulau, budaya, intelektual, dll). lihat masalah claim pulau baik dengan indonesia, singapura atau dengan china, atau masalah pencurian budaya dengan indonesia, dan pematenan hasil intelektual oleh pelajar/mahasiswa yang kuliah disana diambil sebagai milik pemerintah malaysia.. dari hal diatas saya ingin menyampaikan pendapat saya mengenai claim budaya indonesia lagu rasa sayange dan reog, mengenai lagu rasa sayange malaysia juga tidak dapat membuktikan bahwa itu asli dari malaysia, sedangkan indonesia sudah dapat bukti bahwa lagu tersebut dari indonesia dengan ditemukannya bukti rekaman piringan hitam (jika dua buah negara mengklaim suatu lagu tanpa bisa menunjukan buktinya maka yang mempunyai rekaman lagu tersebut pertama kali yang berhak memilikinya). dan untuk reog sudah dibuktikan dengan paten pada tahun 2004 serta adanya order pemesanan perangkap reog ke malaysia, dan bila dilihat dalam tarian barong tersebut atribut yang dipakai adalah yang dipesan dari indonesia dan itu sudah diakui oleh pembuatnya karena setiap pembuat mempunyai ciri khas tertentu, bagaimana suatu negara yang mempunyai budaya barongan tetapi tidak tahu cara membuatnya. dan dibeberapa pertemuan terakhir antara kementrian budaya malaysia dengan indonesia telah dikeluarkan pernyataan dari malaysia bahwa itu memang bukan budaya malaysia, dan itu berasal dari melayu (indonesia) yang dibawa oleh para TKI dan tenaga pengajar kita ke malaysia.
sikap malaysia ini perlu dicermati.. karena mereka mempunyai agenda tersembunyi….
ayo rapatkan barisan.. boikot produk malaysia
merdeka…
November 29, 2007 at 6:05 am
kasian ya malaysa enggak henti-hentinya mengklaim inventaris indonesia. mungkin karena malaysa mengira kita bangsa penakut ……………………………/…….. AWAS kamu para datok-datok bentar lagi aku GANYANG kalian semua …….. Fuck You orang malaysa
Mei 23, 2013 at 1:05 pm
ganyang la, bahasa , agama kita sama. Yang datang dari dulu2 pun moyang dari tanah jawa kok nak diganyang.senang cakep ye
November 29, 2007 at 6:40 am
Heran…..semua udah diambil ama negara Malingsia tapi kita kok diem aja…pulau diambil,laut diambil,harga diri diambil, budaya diambil……..kalo cuma diem entar negara kita diambil juga tuh dengan encik en datuk yang sok alim tapi maling itu….Cape deh….
November 29, 2007 at 8:50 am
Judul postingan yg aneh… dadakmerak yg diimport dr ponorogo bukan bukti…masih mau nanya bukti apalagi??
November 29, 2007 at 4:59 pm
Apakah ini sudah waktunya bangun pagi.
Tapi kok ayam lom terdengar berkokok yah.
Hujan juga masih terus mengguyur deras.
Ah…mending tidur aja lagi ampe bener pagi.
Masih penasaran ama sambungan mimpi.
Moga-moga mimpi baik aja yang muncul.
Biar tidak terbangun lagi dari tidur malam.
Met tidur dulu yah, ampe jumpa esok pagi.
November 30, 2007 at 3:52 am
sekali lagi GANYANG!
udah muak liyat kelakuwan jiplak-jeplik & arogansi mereka!
November 30, 2007 at 4:24 am
jangan menyalahkan pemerintah. yang SALAH adalah tindakan malaysia yg telah mencuri salah satu seni budaya asli indonesia lalu diklaim sbg miliknya. kembalilah pada niat baik , bhw yg dipatenkan hendaknya budaya aslinya sendiri. kita belum mendaftarkan bukanlah kesalahan.
silakan baca disini :
http://cityofenjie.multiply.com/journal/item/338/Reog_Ponorogo_INDONESIA_vs_Tarian_Barongan_malingsia_%E2%80%A6_Siapa_Bangsa_Pencontek_Budaya_
November 30, 2007 at 7:27 am
Siapapun bisa saja membuat versi sejarah, saling klaim ini punya kami, itu budaya asli kami. Andai urusan hak cipta sudah dipandang yang utama, mungkin saling aku, ini dan itu bisa terjawab jelas
November 30, 2007 at 10:42 am
saya pernah melihat satu acara di satu stasiun televisi yg mmbahas mengenai barongan, duluuu banget sebelum malaysia klaim, disitu jelas disebutkan (berdasarkan wawancara reporter tv ke nara sumber) bahwa kesenian barongan dibawa oleh orang2 indonesia (org2 jawa ponorogo) yang migrasi ke malaysia, untuk menghilangkan rasa rindu tanah air, mereka membentuk kelompok kesenian reog ponorogo, yang pada akhirnya disebut sebagai barongan oleh orang melayu. maka tidak perlu penjelasan apa2 lagi untuk kesenian ini, benar masalah cerita bisa saja dibikin, tetapi tidak ada kesenian yang bisa sama persis tanpa ada riwayat yg menghubungkannya, apalagi malaysia kan budayanya melayu, ga ada hubungannya dengan jawa…, lucu ya…, pemerintah kita mesti memikirkan hal ini untuk kedepannya…jangan diem aja dong…
Mei 23, 2013 at 1:09 pm
Setuju mbak.memang kami memainkan reog, tapi di sini popular dengan nama barongan. Ngak salah bukan.Barang2 nya pun kami order dari Ponorogo, membantu punca pendapatan org ponoroga juga.Usah ribut2 la tentang kesenian ini.apapun satu rumpun sama sahabat
Desember 1, 2007 at 3:14 am
kenapa kita ndak mematenkan saja reog ponorogo seperti malaysia mematenkan “barongan” mereka?
kalau benar malaysia memesan reog dari ponorogo untuk kepentingan mereka, ini bisa jadi publikasi besar2an untuk mengatakan bahwa “barongan” malaysia adalah dibeli dari Indonesia
Desember 1, 2007 at 7:27 am
klo buat sy? seharusnya pemerintah indonesia hrs lebih tegas dan lebih arogan terhadap “malingasya” tp kenyataanya apa??? stlah banyak kejadian yg di lakukan “malingasya” pemerintah republik INDONESIA masih tetap berpegang teguh pd pendirianya yaitu:indonesia dan “malingasya” negara serumpun…
untung aja indonesia msh sbr u/ menghadapi persoalan ini,klo tdk mngkin indonesia akan berperang dgn “malingasya”
dasar malaysya “malingasya”!!!!!!!!!!!
Desember 3, 2007 at 2:16 am
Barongan memang asli dari Indonesia, orang Ponorogo hijrah 150 tahun yang lalu ke Malaysia dan mengembangkan disana. Lihat saja dari kata2nya…… BARONGAN, sangat kental dengan bahasa Jawa.
Sekarang di Negri Jiran juga sedang digalakan kesenian kita, yang mungkin anak2 muda sekarang sudah sangat jarang yang menyukainya, yaitu KERONCONG. Disekolah – sekolah disana diajarkan kesenian kita tersebut. Mungkin suatu saat jika lalai, bakal jadi Keroncong menjadi menjadi milik mereka.
Kapankah stasiun2 TV kita mengadakan lomba Keroncong seperti AFI, Mama Mia atau yang lain2nya?
Desember 3, 2007 at 8:07 am
kalo asal usulnya beda, napa bentuk barongan ma reog sama, panarinya juga, gamelannya juga, eh trus mereka beli gamelannya dari ponorogo gitu?wah kasian banget ya.., aduh sebaiknya kita bikin sumbangan pemikiran buat malaysia biar dia bisa bikin budaya sendiri biar gak niru2 negara lain, kasian banget sie lo malingsia….hiks…hiks…
Desember 5, 2007 at 10:40 am
kasian banget deh, banyak yang kalian ga tau persis pokok permasalahan yang kalian omongi
coba deh luangkan waktu untuk cari tau, jangan sekadar baca di media atau dari sumber2 dalam negeri
apa yang dibilang oleh nasron.wordpress.com itu bener walau pedih dihati waktu membacanya.
apakah kita lebih benarnya dari mereka? atau mereka lebih benar dari kita?
Desember 11, 2007 at 4:50 am
asal usul tari barongan malaysia terlalu dibuat2, kalo cuma bikin cerita tu kan gampang,.,..bentuk & alat2nya itu loh,., sama persis.,. paling juga mereka beli dari orang ponorogo kn?????
kaloo mo cari bukti,., udah jelas kan,., gak peru cari2 lagi,.,
Februari 2, 2009 at 7:34 pm
g aj msih bingung..
sbnrnya sma ap gk sie reog ponorogo sma barongan malaysia??
al nya g pny tm pgen bkin makalah..
Februari 8, 2009 at 10:49 am
Waah..wah Malaysial memang sering memancing emosi bangsa kita, wilayah NKRI sudah dicaplok dan sekarang budaya kita. Itulah cermin orang pasti sombong krn PD. Sayang presiden kita itu cinta damai, coba kalo mbah No(Soekarno) atau mbah To(Soeharto) atau Singo Barong jadi Presiden Tengku2 atau Datuk2 di Malaysial akan di ajak Carok.
April 23, 2009 at 12:04 pm
yang namanya maling tetap maling..ehk..asalkan tau ajh yahk.. teman saya orang malaysia… dia selalu berkata pada saya bahwa malaysia itu emank suka mencuri kebudayaan indonesia,,,dia bilang barongan itu kesenian dari jawa( beda dengan reog). tetapi dia bilang. pemerintah malaysia hanya meniru nama barongan dari kebudayaan jawa saja….
coba presiden soekarno masih hidup…pasti dia berkata = ganyang malaysia,,,,saya juga tidak rela batik asal jogjakarta yaitu batik motifparang di klaim sama maling sia..seharusnya pemerintah turun tangan..kalau saya diijinkan untuk pergi ke kedutaan besar malaysia di indonesia,,,saya hanya akan berkata = jika tidak adapresiden soekarno.tidak ada yang namanya malaysia,,,,,dan cita-cita saya adalah menjadi duta batik indonesia…trus saya akan ke malaysia…mengadakan fashion show batik disana,,,bahakan frashion show batik tingakat internasional…saya rela mati demi indonesia….
Agustus 25, 2009 at 12:06 pm
pemerintah indonesia terlalu berbelit2, lama2 kita adalah bangsa yg di claim tdk punya seni budaya. alias tukang copy dr malaysia padahal sebaliknya. Cepat daftarkan semuanya kesenian kita trus Ayo kita ajak berunding malaysia maunya apa? Kalo tidak ada hasil. Rakyat indonesia siap mendukung!!
Agustus 25, 2009 at 12:13 pm
Saya setuju dengan reza. Rela mati buat Indonesia.. Tanah Tumpah Darahku.. Masak cuma mempertahankan ini aja gak bisa. para pahlawan kita udah berjuang demi kita. Ganyang Malaysia!
September 1, 2009 at 9:07 pm
ganyang malingsia………..
hancurkan diya……….
September 30, 2009 at 11:29 am
whahahaha….cerita sejarahna barongan gg menarik
April 18, 2010 at 10:59 pm
huh, jelas saja kalo barongan beda sama reog (sengaja dibedakan)
soalnya klo sama, ntar di kira mengklaim kebudayaan indonesia tersebut, justru klo tdk sama maka malaysia(malingasia) akan di kira mengklaim, crita yang dibuat malingasia hanyalah karangan saja, bgitu slesai mengklaim langsung aja buat crita asal2an tentang barongan(menjijikkan), jangan2 budaya mencontek ditularkan oleh malingasia, tidak pantas nama negara mereka diakhiri dengan huruf “SIA”, mungkin itu juga meniru kata akhiran INDONE”SIA”, toh mereka bukan negara merdeka seutuhnya, mereka berada dibawah kendali inggris.
tetapi sebagai WNI saya mrasa kecewa, bgitu bodohnya warga indonesia khususnya pemerintahnya sehingga mudah di tipu oleh negara tetangganya sendiri, jujur saja saya ingin pindah status kewarganegaraan klo indonesia terus ditipu oleh malingasia
Juni 5, 2010 at 4:25 pm
HOE MALINGASIA JANGAN CUMA COPY PASTE,,,, GAG KREATIF LHO. KAMI WARGA PONOROGO SIAP TEMPUR DENGAN KALIAN,,,,,,,, KALIAN PENGECUT……. EMG GOBLOK,,,GA BISA BUAT KESENIAN SENDIRI
Agustus 21, 2014 at 8:21 pm
Kalo lho iblang mau bertempur, bermakna kalian menghukum salasilah nenek moyang kalian sendiri dan darah keturunan mu..kalian gak tahu wong jowo dimalaysia terutama dr johor dan selangor emang original dari indonesia..sila ke muar,batu pahat,pontian,kuala selangor,banting..kalian akan ketahui kalian gak seperti di tanah asing..kerana cara hidup, jiwa dan dialek serupa tetap jawa..pemimpin pun majoriti darah indonesia,najib(bugis),muhyiddin(bugis),zahid haimdi(jawa ponorogo),sultan2 dr darah parameswara..percuma saja berperang darah sendiri..
Maret 2, 2011 at 7:06 pm
pada aku kalian ini terlalu emosi,hingga hilang pertimbangan yang waras. kalo berada pada jalan buntu untuk menyelesaikan masalah, ada kan aja musyarah di antara kedua negara. ahlinya biar terdiri dari sejarahwan dan penggiat seni tardisonal. hasil dari musyawarah itu dihebahkan kepada semua rakyat malaysia dan INDON. selesai. tidak usah ribut kalo kita sendiri jahil.
Maret 2, 2011 at 7:10 pm
dan ingin juga aku jelasin,di malaysia itu terdapat komuniti jawa. melayu disini juga berbilang ras. ada melayu jawa juga. maka,amat lah tidak mustahil sekiranya didalam budaya yang mereka lestarikan itu amat mirip atau memang sama dengan budaya masyarakat jawa di INDON. jelaslah malaysia tidak mencuri atau klaim.dan tidak timbul malaysia tidak kreatif. asal kalian semua tahu BARONGAN HANYA POPULAR PADA MASYARAKAT MELAYU JAWA.DAN BUKAN PADA MASYARAKAT MALAYSIA SECARA TOTAL.
Maret 2, 2011 at 9:49 pm
KENAPA YA MALAYSIA MENDAFTARKAN KEBUDAYAAN JAWA DALAM WEB RASMI TENTANG KEBUDAYAAN MALAYSIA??
INI JAWAPANNYA
…
Mereka masih cuba mengekalkan tata cara yang diwarisi leluhur mereka, tapi dalam bentuk yang sedikit beda kerena pembauran yang sudah sebati dengan masyarakat tempatan. Dengan peratus yang semakin berkurangan, mereka mulai tidak mengetahui leluhurnya. Persatuan dan perkumpulan semacam itu dapat mengekalkan warisan leluhur mereka selaras dengan agama yang dianuti dan konsep berbaik-baik di antara negara serumpun.
RUJUKAN: SENI HIBURAN Minggu, 24 November 1996 Surabaya Post
Maret 2, 2011 at 9:56 pm
REOG vs BARONGAN
Sejenis tarian yang disebut tarian Barongan yang ditarikan di Malaysia, terutama di Johor turut menyerupai tarian Reog. [3]. Tarian Barongan, memiliki prop yang sama dan utama yaitu topeng Dadak merak, topeng berkepala harimau yang di atasnya terdapat bulu-bulu burung Merak. Rakyat Ponorogo, Indonesia sangat marah dengan hal ini dan memprotes Malaysia dan menganggap Malaysia telah meniru tarian Reog. Praktisi tarian Reog juga mengancam pengiriman Dadak merak ke Malaysia
TAPI TARIAN NI BERASAL\DI COPY DARI
Kavadi
Kavadi terdiri dari dua semi loop yang terbuat dari besi atau kayu yang dibentuk dan dilekatkan pada struktur melintang yang dapat diletakkan di atas bahu penganut. Ia sering dihiasi dengan bunga, bulu merak (kendaraan Dewa Murugan) antara lain. Beberapa Kavadi mampu mencapai berat sehingga 30 kg
Praktek yang paling mengagumkan adalah vel kavadi, pada dasarnya meja penyembahan dapat alih dengan ketinggian hingga dua meter, dihiasi dengan bulu merak dan dilekatkan pada penganut dengan 108 kait yang menembus kulit di dada dan belakang.