Jika bukan karena tampangnya yang terlihat tersiksa, semua yang hadir di Istana Sulaiman hari itu akan menduga bangsawan itu terlalu banyak minum anggur Syirazi. Namun lelaki itu tak sedang mabuk. Dia menyampaikan kepada Sulaiman telah melihat Izrail dan malaikat pencabut nyawa itu sedang kebingungan.
!–more–
November 22, 2007 at 11:51 am
Tuduhan-tuduhan sesat kepada orang semisal Jalaluddin al-rumi pasti terjadi, sebab kita tidak merasakan apa yang dirasakan oleh al-Rumi dan tidak mengalami apa yang dialaminya. Kepandaian kita hanya sebatas ilmu dlohir dari teks al-Qur’an dan beberapa al-Hadist yang kita baca. Barangkali sangat naïf sekali bahwa sabda nabi terbatas hanya pada hadis yang ditulis oleh Muhadditsin dalam kitab yang sekarang ini kita jumpai, Apakah perkataan Nabi sebatas kitab-kitab tersebut dalam kurun risalah 22 th lebih, sehingga ketika kita menuduh para sufi bahwa apa yang mereka katakan tidak sesuai dengan sabda rasul adalah klaim picik. Bukan setiap orang yang paham perkataan (kalam) faham dari orang yang berkata (mutakallim). Bukan pula orang yang faham dari mutakallim telah memahami betul betul kalamnya. Coba lihat apa reaksi sahabat ketika ayat “alladiina aamanu walam yalbasu imaanahum bidzulmin ulaaika lahum al-amnu wahum muhtaduun”diturunkan. Para sahabat yang asli arab dengan bahasa arab asli dan dengan seluruh kefasihan mereka geger dengan diturunkannya ayat tersebut. Dalam pemahaman mereka tidak ada satupun orang yang tidak pernah berbuat dlalim, dengan demikian maka tak ada satupun diantara mereka (para sahabat) yang mendapatkan petunjuk. Kemudian Nabi saw menjelaskan bahwa yang dimaksud zdulmun pada ayat tersebut adalah syirik. Kita tahu sebatas yang kita baca dan dengar. Tapi orang semacam al-Rumi merasakan apa yang tidak kita rasa. Haihaata.
Dimana ya dapat ana peroleh kitabnya al-Rumi yang orisinil.?
November 30, 2007 at 7:21 am
Lho mas. Kisah tentang Nabi Sulaiman dan Izrail itu mirip dengan kisah cerpen yang ditulis sastrawan Inggris, Somerset Maughm berjudul “Appointment in Samara.” Ceritanya hampir sama cuma lebih singkat. Ketika saya membaca tulisan ini saya bingung ini siapa yang duluan, atau, siapa yang menginspirasi siapa? Samara kemudian menjadi tempat pertemuan antara the Death (malaikat maut) dan laki-laki itu setelah pertemuan yang tak sengaja di pasar. Kok bisa sama ya?
Tanya Kenapa?
November 30, 2007 at 7:49 am
Agung yang baik
Kalau menurut saya, pengarang Inggris itu pasti terinspirasi dari cerita yang ditulis oleh Rumi tentang Izrail. Kalau saya tidak salah ingat, Mas Danarto juga pernah menulia cerpen di Kompas tentang Izrail.
Januari 17, 2008 at 1:50 pm
kayaknya menarik ceritanya, bisa nggak minta dikirimi dalam bentuk E-BOOK, atas perhatiannya
terimakasih
Januari 17, 2008 at 3:38 pm
Labib yang baik
Saya sungguh sangat ingin mengirim apa yang Anda minta. Namun saya ini orang yang gaptek dan tak tahu apa itu e-Book.
Agustus 15, 2008 at 4:05 pm
Dear,
Bisa ga kirimin aku beberapa puisi-puisinya Rumi.
Tq